Bangkit dari Tahiyat Awal, Mengangkat Tangan atau Tidak? Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama; Oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA (NBM: 984477)
PWMU.CO – Tanya: Dalam shalat kita dapati ada yang mengangkat tangannya pada waktu takbir berdiri dari rakaat ketiga, yakni berdiri sesudah tahiyat awal. Tetapi ada pula yang tidak mengangkat tangannya.
Karena dalam shalat harus berdasar tuntunan, maka apakah ada dalil mengangkat tangan pada waktu takbir dikala berdiri dari tahiyat awal itu? Apakah takbirnya harus bersamaan dengan mengangkat tangan atau tidak? Mohon penjelasan.
Jawab: Mengangkat tangan waktu berdiri dari tahiyat awal atau tasyahud awal itu didasarkan pada dalil berikut ini:
Hadits Ibnu Umar
عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، كَانَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلاَةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ، وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَإِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَفَعَ يَدَيْهِ، وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَرَفَعَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Nafi’ berkata: Apabila ibnu Umar menunaikan shalat ia bertakbir sambil mengangkat kedua tangan. Jika hendak ruku’ ia juga mengangkat tangan. Ketika mengucapkan, samiallahu li man hamidahu, ia juga mengangkat tangan. Demikian juga ketika bangkit dari dua rakaat –setelah tasyahud awal-, ia juga mengangkat tangan, dan ia merafa’kan (menisbatkan hal itu kepada Nabi SAW). (HR Bukhari: 739; Abu Dawud: 741; Nasai: 1182; Baihaqi: 366; Baihaqi dalam Sunan Kubra: 2509, 2511; Baihaqi dalam Ma’rifah Sunan wa Atsar: 3232, 3236; Abu Ya’la: 5670).
Catatan
Hadits di atas statusnya adalah mauquf (dinisbatkan kepada Ibnu Umar, namun hukumnya marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi), karena Ibnu Umar sendiri yang menyatakannya dari Nabi. Bahkan ditemukan hadits marfu’ dari Ibnu Umar yang tentunya lebih layak djadikan sumber hukum. Dalil lain ditemukan hadits marfu’ sebagai berikut:
Hadits Ibnu Umar
وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا – قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ, ثُمَّ كَبَّرَ وَهُمَا كَذَلِكَ) (وَقَبْلَ أَنْ يَرْكَعَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ) (رَفَعَ يَدَيْهِ) (حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ كَبَّرَ وَهُمَا كَذَلِكَ رَكَعَ, ثُمَّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْفَعَ صُلْبَهُ رَفَعَهُمَا حَتَّى يَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ) (رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ) (ثُمَّ يَسْجُدُ وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي السُّجُودِ) (وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأسَهُ مِنْ السُّجُودِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَلَا يَرْفَعُهُمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ) (وَإِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ كَذَلِكَ حَذْوَ الْمَنْكِبَيْنِ)
Ibnu Umar RA berkata: (Apabila Rasulullah SAW menunaikan shalat, beliau mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan kedua pundak, lalu takbir dan kedua tangannya dalam posisi seperti itu) (Nabi juga mengangkat tangan sebelum ruku’). Dalam riwayat lain: (Jika Nabi hendak ruku’). Dalam riwayat lain: (Saat takbir untuk ruku’) (beliau juga mengangkat tangan) (sehingga setantang dengan kedua pundak, lalu takbir dan kedua tangan dalam posisi seperti itu.
Kemudian jika Nabi hendak mengangkat tulang sulbinya –i’tidal-, beliau juga mengangkat tangan sehingga setantang dengan pundaknya sambil mengucapkan, samiallahu li man hamidahu) (rabbana wa lakal hamdu) (Kemudian Nabi sujud dan Nabi tidak mengangkat tangan sewaktu sujud) (dan juga tidak mengangkat tangan ketika bangkit dari sujud). Dalam riwayat lain: (Nabi tidak mengangkat tangan sewaktu antara dua sujud) (Jika Nabi saw. bangkit dari dua rakaatnya, beliau bertakbir sambil mengangkat tangannya sampai setantang dengan pundaknya). (HR Bukhari: 702, 703, 705, 706; Muslim: 390; Abu Dawud: 721, 722; Tirmidzi: 255; Nasai: 876, 877, 1057, 1059, 1182; Ahmad: 4540, 6175.)
Hadits Ali
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ, وَيَصْنَعُ مِثْلَ ذَلِكَ إِذَا قَضَى قِرَاءَتَهُ وَأَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ, وَيَصْنَعُهُ إِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ, وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ صَلَاتِهِ وَهُوَ قَاعِدٌ, وَإِذَا قَامَ مِنْ السَّجْدَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ كَذَلِكَ وَكَبَّرَ
Ali bin Abi Thalib ra. berkata: Apabila Rasulullah saw. mendirikan shalat fardh, beliau takbir sambil mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan pundak. Nabi melakukan seperti itu juga apabila usai dari bacaan dan hendak ruku’. Nabi melakukan seperti itu juga ketika bangkit dari ruku’ –i’tidal-, dan beliau tidak mengangkat tangan saat duduk. Apabila bangkit dari dua rakaatnya, Nabi mengangkat tangan sambil takbir. (HR Abu Dawud: 774; Tirmidzi: 3423; Ibnu Majah: 864; Ahmad: 717)
Tentang jawaban terhadap pertanyaan Anda, kapan Nabi SAW mengangkat tangan? Kadang Nabi SAW mengangkat tangan bersamaan dengan bacaan takbir. Kadang Nabi membaca takbir terlebih dahulu kemudian barulah Nabi mengangkat tangan, dan kadang gerakannya terlebih dahulu kemudian barulah Nabi mengangkat tangan. Semua dalilnya telah penulis paparkan dalam buku Hadits Tahsin Shalat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni