PWMU.CO – SD Plus Darussalam Belajar Literasi ke SD Muhasa Ngawi. Sekolah Dasar (SD) Plus Darussalam Geneng, Ngawi, Jawa Timur belajar literasi ke SD Muhammadiyah 1 (Muhasa) Ngawi, Kamis (16/2/2023).
Disambut oleh Kepala Urusan Hubungan Masyarakat (Kaur Humas) SD Muhasa Ibnu Sholikhin SPd rombongan yang berjumlah 25 orang langsung menuju Aula A R Fachrudin.
“Kegiatan belajar mengajar (KBM) masih berjalan aktif, sehingga kegiatan dipusatkan di aula,” ucap Ibnu.
Kegiatan diawali dengan sambutan masing-masing kepala sekolah. Kepala SD Plus Darussalam Havidz Fuaddin Al Kolidi SPd mengatakan maksud kunjungannya. “Literasi menjadi bagian roh Kurikulum Merdeka, sedangkan kami belum banyak tahu bagaimana mengimplementasikan literasi ke anak-anak. Sehingga kami ingin belajar ke Muhasa,” kata dia, sambil memamerkan seragam batik baru rombongannya sebagai seragam yang disiapkan khusus untuk kunjungan ke SD Muhasa.
Selain literasi, Havidz juga berharap dapat belajar bagaimana membangun team work. “Pak Syaiful pernah bercerita pada saya bahwa sangat penting untuk membangun team work di sekolah. Saya tertarik juga. Jadi semoga hari ini kita dapat banyak,“ ucapnya sambil menceritakan pengalamannya pernah satu kamar dengan Kepala SD Muhasa Syaiful Husna SAg dalam suatu bimbingan teknis (bimtek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dann Teknologi.
Sebagai tuan rumah, Syaiful Husna menerima maksud kunjungan SD Plus Darussalam. Ia juga tidak sendiri. Ditemani jajaran pimpinan di sekolah, Kaur Humas Ibnu Sholikhin, Kaur Kesiswaan Misbahush Syurur, Kaur al-Islam Nur Indawati, Kaur Kurikulum Siyam Supiah, Kaur Sarpras Joko Santoso, Kepala TU Sugianto, dan Koordinator Literasi Sekolah Bida Dwi Royani.
Mengimplementasikan Literasi
Setelah sambutan masing-masing kepala sekolah, acara dilanjutkan sesi tanya jawab. Bayu, guru SD Plus Darussalam bertanya tentang hambatan dan pendukung literasi. “Apa penghambat dan pendukung literasi?” tanyanya.
“Hambatan utama adalah tidak segera memulai. Takut akan bayang-bayang hambatan di depan. Sedangkan pendukung itu dimulai dari intern dulu,” jawab Syaiful.
Menanggapi pertanyaan peserta lain terkait menumbuhkan ketertarikan anak pada buku dan durasi minimal maupun maksimal literasi, Syaiful menyampaikan pemilihan sumber bacaan harus disesuaikan dengan tahap usia dan kemampuan membaca anak.
“Salah satu ciri buku untuk anak kelas awal itu tidak banyak tulisan tapi lebih dominan teks gambar. Semakin sedikit tulisan ternyata semakin mahal,” kata Syaiful menceritakan pengalamannya ketika berbelanja buku di salah satu toko buku.
Menambahkan penjelasan Syaiful, Kaur Kurikulum Siyam Supiah atau biasa dipanggil Upick menyampaikan kunci mengimplementasikan literasi.
“Kuncinya adalah konsistensi dan refleksi. Literasi sekarang sudah bukan hal asing. Di semua sekolah sudah ada. Tapi kadang hanya kulitnya saja. Tidak ada konsistensi untuk pelaksanaanya,“ ucapnya.
“Refleksi juga menjadi hal yang sangat penting, namun sering dilupakan. Dengan melakukan refleksi kita bisa mengukur bagaimana program dilaksanakan,” tambah Upick.
Terkait durasi literasi, dia menyarankan agar tidak terlalu lama tetapi sering. Seperti acuan dari kementerian yaitu lima belas menit per hari.
Dia menambahkan hal lain yang perlu diperhatikan guru dalam literasi bersama anak-anak, “Tujuan utama kita adalah membuat anak senang membaca, cinta pada buku. Namun kadang kitaa sering memberi tugas kepada anak untuk menemukan informasi bacaan setelah membaca. Boleh saja sih, tapi jangan selalu. Tugas itu justru akan menjadi beban bagi anak dan secara tidak sengaja menanamkan mindset bahwa membaca itu berat.”
Setelah kegiatan tanya jawab, peserta menghendaki keliling lingkungan sekolah untuk melihat langsung praktik literasi. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, kelas awal dan kelas atas. Kelas awal bersama Koordinator Literasi SD Muhasa dan kelas atas bersama Kaur Kurikulum.
Tidak hanya melihat dari luar kelas, peserta juga diizinkan masuk kelas. Berinteraksi langsung dengan wali kelas dan anak-anak.
Di akhir sesi, Hafidz menginginkan ada tindak lanjut berupa coaching literasi. Tim dari SD Muhasa diharapkan bisa berkunjung balik ke SD Plus Darussalam untuk melihat dan memberi masukan terhadap pelaksanaan literasi sebagai wujud hasil belajar hari ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni