Guru Mugeb Schools Belajar Practical Problem Solving; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Usai mengikuti Development Leadership Program tahap I di Royal Trawas Hotel and Cottage, Jumat-Sabtu (3-4/2/2023), para peserta dari empat sekolah di bawah naungan Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik kembali mengikuti sesi workshop tahap II untuk coaching (pendampingan) secara tatap muka pada Sabtu (11/2/2023).
Kali ini pelatihan berlangsung di Cordoba Hall lantai 4 SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik. Di sesi ini, duo pelatih dari Aksi Training and Coaching Lucki Lukmanulhakim MPsi MM Psikolog dan Sahid Sumitro MM BPK KPK mengecek hasil tugas kelompok tentang Bussiness Model Canvas (BMC) as is maupun to be.
Kemudian, keduanya lanjut memaparkan materi tentang practical problem solving (pemecahan masalah). Ini terdiri dari 4 langkah atau tahapan. Yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis penyebab, merumuskan solusi, dan merencanakan implementasi.
Identifikasi Masalah
Adapun tahap mengidentifikasi masalah terdiri dari merumuskan akar masalah, menyusun prioritas masalah, hingga merumuskan satu pernyataan masalah yang akan ditindaklanjuti dengan project.
Lucki awalnya mengajak peserta mengidentifikasi dan menggambarkan masalah yang mencegah tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan pada langkah sebelumnya. “Masalah bisa berupa lost opportunity (kehilangan kesempatan), reject (penolakan), kesulitan, hambatan, kekurangan, sesuatu lebih buruk dari seharusnya, keluhan/komplain pelanggan, accident (terjadi kecelakaan), dan pemborosan atau biaya tinggi,” paparnya.
Dia kemudian mengajak peserta menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan tiga kriteria. Yaitu kegawatan berdasarkan besarnya dampak yang ditimbulkan, kemerdekaan berdasarkan keperluan untuk segera ditangani, dan tren (perkembangan masalah).
Selanjutnya, dalam merumuskan pernyataan masalah, Lucki mengajarkan untuk menggunakan pendekatan STOS. “Ini singkatan dari spesifik, terukur, otentik, dan singkat,” ungkapnya.
Analisis Penyebab
Tahap selanjutnya, menganalisis penyebab, peserta diajak belajar mengidentifikasi sebab yang mungkin terjadi, analisis penyebab masalah, dan menetapkan akar masalah. “Kita bisa membuat semacam hipotesis apa penyebab masalahnya. Korek akar masalah yang sebenarnya!” tutur Lucki.
Kemudian, bisa menganalisis penyebab masalah dengan menguji hipotesis penyebab masalah. “Carilah semua faktor yang berkaitan dan mungkin menjadi penyebab masalah alias hipotesis penyebab. Jika menggunakan Fishbone Diagram (diagram tulang ikan) golongkan hipotesis penyebab tersebut menjadi beberapa kategori,” jelas dia.
Kata dia, diagram ikan bisa digunakan jika ada 4-5 penyebab tertentu. Misalnya materials, methods, manpower, machine, dan measurement. Selain menggunakan analisis model diagram tulang ikan, Lucki juga menerangkan ada metode lain untuk mengidentifikasi hipotesis penyebab.
Misalnya pakai tree logic (pohon logika) jika tidak ditetapkan penyebabnya. Selain itu, bisa pula dengan survei dan pareto. Hanya saja harus ada data statistiknya.
Brainstorming Rumuskan Alternatif Solusi
Tahap ketiga, merumuskan solusi. Di tahap inilah peserta bisa melakukan eksplorasi alternatif solusi, memutuskan solusi terbaik yang akan
diimplementasikan, juga mengembangkan alternatif solusi.
Lucki menjelaskan, metode mengembangkan alternatif solusi salah satunya dengan brainstorming atau sumbang saran. “Brainstorming memancing ide gila agar dalam waktu singkat itu terkumpul ide sebanyak-banhaknya dari sekelompok orang,” ungkapnya.
Dia menegaskan, yang penting jumlah bukan mutu. “Dilarang mengkritik ide orang lain. Manfaatkan gagasan atau ide orang lain! Setelah ide yang terkumpul cukup banyak, seleksi ide!” tuturnya.
Dalam tahap ini, dia menyarankan peserta praktik sumbang saran terkait solusi masalah “State the problem. Dengan cara apa saya dapat memenuhi kebutuhan guru tahfidh dengan kualifikasi hafal 10 juz?” contohnya mengawali brainstorming, lalu meminta setiap kelompok menuliskan sepuluh solusi dari masalahnya masing-masing.
Kalau dalam proses brainstorming macet, lanjutnya, dia menyarankan peserta paling tidak menuliskan nomor 1 sampai 10 dulu. “Agar target (menemukan 10 solusi) terlihat jelas. Kalau macet, baca lagi pertanyaannya, dengan cara apa saya dapat blablabla. Dalam situasi mendesak, ide akan keluar. Makanya ini disebut teknik berpikir hijau,” ungkapnya.
Saat menetapkan alternatif solusi, bisa mempertimbangkan beberapa hal. Lucki mencontohkan, kemudahan dan dampak, biaya dan tingkat penolakan, dan waktu implementasi dan lamanya efek.
Terakhir, merencanakan implementasi. Tahap ini meliputi menyusun rencana implementasi solusi dan menyusun antisipasi tindakan.
Sama halnya dengan pelatihan hari pertama, pada pertemuan kedua ini peserta juga mendapat tugas kelompok sehingga bisa langsung mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari bersama hari itu. (*)