PWMU.CO– Kokam dan Banser menyanyikan lagu Mars NU Ya Lal Wathon di acara puncak Semarak Pra Musycab PCM Sepanjang Sidoarjo, Ahad (19/2/2023).
Acara ini menghadirkan Mbah Nun dan Kiai Kanjeng bertempat di Lapangan Ketegan Sepanjang Sidoarjo. Hadir juga Ketua PP Muhammadiyah Dr Busyro Muqoddas.
Lima anggota Banser dan tiga anggota Kokam Sepanjang tampil bareng di panggung. Sedangkan di belakangnya duduk para Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan MWC NU Sepanjang serta anggota musik Kiai Kanjeng bersama Emha Ainun Nadjib.
Kebersamaan Kokam dan Banser juga terlihat di setiap persimpangan jalan. Mereka bekerja sama mengatur lalu lintas, menunjukkan tempat acara, atau tempat parkir yang aman bagi jamaah yang baru datang.
Malam itu ribuan jamaah pengajian warga Muhammadiyah dan NU Sepanjang dan sekitarnya, bahkan luar kota berdatangan memenuhi lapangan. Sebagian besar anak-anak muda jamaah Maiyah Cak Nun. Datang duduk di tanah lapangan bersama beralas tikar olastik. Mereka menyatu tanpa sekat soasial. Saling memberikan tempat yang kosong untuk duduk bagi yang baru datang.
Mereka duduk santai mendengarkan ceramah Mbah Nun dan Busyro Muqoddas walaupun gerimis lembut sedang mengguyur.
”Bagaimana ini kalau hujan?” tanya Cak Nun kepada jamaah ketika gerimis mulai turun.
”Loosssss…” jawab mereka serentak. Artinya lanjut.
Terbukti sampai akhir acara tepat pukul 24.00 WIB. penonton tidak beranjak dari tempat duduknya.
Emha Ainun Najib menyampaikan isi surat Ali Imran ayat 103. ”Bahwa kita diperintah oleh Allah untuk selalu wa’tasimuu bihablillahi …”
”Jamii’aan….” jawab semua jamaah.
”Berpegang teguh. Berpegang pada tali Allah, aturan Allah. Maka Muhammadiyah dan NU itu sama tugasnya. Dadi Muhammadiyah ambek NU cekelan bareng-bareng saling menggerakkan, menguatkan, memperjuangkan Islam,” kata Mbah Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib sekarang.
”Muhammadiyah ambek NU iku sedulur, awas lho ya yen gak sedulur,” seloroh Mbah Nun.
Persatuan harus dirawat. Bagaimana caranya? Budayawan dari Jombang tersebut mendasarkan pada Ali Imran 104.
”Yad’u ilal khoir, mengajak kepada kebaikan. Siapa saja bisa melakukan. Hasilnya terserah kepada yang diajak, mau apa tidak. Ajakan tidak harus berhasil,” ujarnya.
”Ta’muruuna bil makruf. Adalah perintah melakukan kebaikan. Orang yang memerintah harus punya kekuatan, kekuasaan. Jadi perintah ini adalah kewajiban bagi pemerintah yang punya kekuasaan. Dengan berdasarkan undang-undang,” katanya lagi.
”Tanhauna anil munkar. Adalah mencegah kemungkaran. Tugas ini kewajiban bersama. Baik yang punya kekuatan maupun yang lemah, sama-sama berkewajiban mencegah kemungkaran sesuai kemampuannya,” tegasnya.
Busyro Muqoddas menyambut gembira acara yang mempersatukan NU dan Muhamamdiyah ini. Merupakan sebuah kebaikan yang menghasilkan kemanfaatan bersama.
”Dalam surat Ibrahim digambarkan. Seperti pohon yang akarnya menghunjam ke tanah. Batangnya menjulang tinggi. Daunnya lebat, buahnya banyak,” kata Busyro mantan Ketua KPK ini.
Penulis Saparna Editor Sugeng Purwanto