Beragam Bacaan Doa Iftitah, Mana yang Utama? Oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA (NBM: 984477) Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama
PWMU.CO – Dalam kitab Himpunan Putusan Tarjih (HPT) cetakan ketiga, doa Iftitah sebelum membaca surat al-Fatihah pada rakaat pertama, antara lain berbunyai: Allahumma naqqini minal khathaya, dan akhirnya berbunyi: Allahummaghsil khathayaya bil mai wats tsalji wal barad.
Pada kitab Bulughul Maram, tertulis: Allahumma naqqini min khathayaya dan allahummaghsilni min khathayaya bil mai wats tsalji wal barad.
Pada jawaban Suara Muhammadiyah (SM) No.13/66 (Juli 1 1986) tertulis: Allahumma naqqini min khathayaya dan allahummaghsilni min khathayaya bitst salji wal mai wal barad. Mohon penjelasan bagaimana sebenarnya perbedaan bacaan itu?
Jawab: Untuk jelasnya perlu ditulis kembali ketiga bacaan Iftitah itu beserta perawi-perawinya.
Dalam HPT, ditulis:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ, اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Hadits tersebut dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, dan mengambil redaksi dari Shahih Bukhari.
Dalam kitab Bulughul Maram dan juga pada kitab-kitab lainnya, ditulis:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ, اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, اللَّهُمَّ اغْسِلْنِى مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Hadits tersebut juga dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, bahkan juga dikeluarkan oleh segolongan ahli hadits lainnya, termasuk Abu Dawud dan Hakim kecuali Tirmidzi dari Abu Hurairah, sedang lafadznya seperti lafadz riwayat Abu Dawud dan Hakim dan gabungan antara lafadz yang diriwayatkan oleh Muslim seperti tersebut pada SM No. 13/66 (Juli 1 1986), dengan lafadz Bukhari seperti yang tersebut pada HPT.
Sedang yang tersebut pada SM No.13/66 (Juli 1 1986), ditulis: Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dengan lafadznya, dari Abu Hurairah.
Ketiga hadits tersebut shahih dan dapat diterima semuanya untuk dasar pengamalan. Artinya kalau kita membaca Iftitah dalam shalat kita, yakni dengan salah satu dari lafadz-lafadz tersebut, maka tidaklah keliru, sesuai pula dengan sunah Nabi.
Hanya saja untuk keseragaman agar mudah dituntunkan maka HPT, mengambil salah satu dari lafadz-lafadz tersebut. Yakni lafadz pada Shahih Bukhari, bahkan sebenarnya boleh dan benar kalau kita mengambil bacaan yang lain yang disebutkan pula dalam HPT dengan mengambil riwayat Muslim. Yakni bacaan, wajjahtu wajhiya lil ladi fatharas samawati wal ardha dan seterusnya.
Catatan
Bacaan lain yang dimaksud adalah hadits yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلَاةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ: وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ, إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, لَا شَرِيكَ لَهُ, وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ) وَفِي رِوَايَةٍ: (وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ, اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ) (سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ) (آمَنْتُ بِكَ) (أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ, ظَلَمْتُ نَفْسِي, وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي, فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا, إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ, وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ, لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ, وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ, لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ, وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ, وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ) (وَلَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ) (وَالْمَهْدِيُّ مَنْ هَدَيْتَ) (تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ (
Ali bin Abi Thalib ra. berkata: (Ketika Nabi saw. memulai shalat, beliau bertakbiratul ihram. Lalu Nabi mengucapkan: Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan condong pada kebaikan, dan bukanlah aku termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku adalah milik Allah Dzat yang mengatur alam semesta, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan seperti itulah aku diperintahkan dan aku adalah orang muslim yang pertama).
Dalam riwayat lain: (dan aku tergolong orang-orang muslim). Ya Allah bagi-Mu segala pujian, tiada tuhan selain Engkau) (maha suci Engkau dan segala pujian bagi-Mu) (Aku iman pada-Mu) (Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku mendzalimi diriku sendiri, aku mengakui akan dosaku. Maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya tiada Dzat yang mengampuni dosa selain Engkau.
Tunjukilah aku kepada sebaik-baik ahklak. Tidak ada Dzat yang menunjuki aku menuju kebaikannya kecuali Engkau. Palingkan dariku keburukan ahklak. Tidak ada Dzat yang memalingkan keburukannya selain Engkau) Aku penuhi panggilanmu dengan sukacita. Semua kebaikan hanya di tangan-Mu, dan kebuaikan bukan dinisbatkan pada-Mu. Aku mohon pertolongan pada-Mu dan berlindung dengan-Mu) (tidak ada tempat bergantung kecuali pada-Mu) (Orang yang mendapat pentunjuk hanyalah yang Engkau tunjuki) (maha berkah dan maha tinggi Engkau, aku mohon ampunan pada-Mu dan bertobat pada-Mu). (HR Muslim: 771; Ibnu Hibban: 1771; Abu Dawud: 760; Tirmidzi: 3421, 3422, 3423; Nasai: 897)
Redaksi ‘wa ana minal muslimin’ dan ‘wa ana awwalul mislimin’ sama-sama shahih. Redaksi kedua tentu tidak dipahami secara denotatif. Karena Nabi Adam lah orang pertama Muslim, melainkan dimaknai konotatif, maka hendaklah kita menjadi orang yang terdepan dalam menjalani ketaatan, sebagaimana redaksi itu diikrarkan oleh Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an.
Jika di HPT hanya dicantumkan dua macam bacaan doa Iftitah, alhamdulillah saya temukan sebanyak enam belas bacaan doa Iftitah yang berstatus maqbul (dapat diamalkan). Itulah sebabnya sejak tahun 1985 saya sudah menawarkan tanwi’. Karena metode tarjih tentu hanya menawarkan satu yang paling rajih, sementara tanwi’ dapat memberikan solusi yang beragam.
Doa Iftitah yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW ada yang sangat panjang, ada yang sangat pendek, ada juga yang pertengahan. Setiap orang tentu dapat memilih bacaan Iftitah yang mana yang dapat mengantarkan khusuk dalam shalatnya.
Inilah salah satu unsur kemudahan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Jika Rasulullah SAWtelah mengajarkan keberagaman, kenapa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah justru mengajarkan keseragaman? Bagi yang ingin mengetahui keberagaman bacaan Iftitah, saya sudah menghimpunnya dalam buku Hadits Tahsin Shalat.Wallahu muwafiq ila aqwam thariq, nashrun minallah wa fathun qarib, wal hamdu lillahi rabbil alamin. (*)
Beragam Bacaan Doa Iftitah, Mana yang Utama? Editor Mohammad Nurfatoni