Guru Muhammadiyah Jangan Bimbang meskipun Berganti Kurikulum, liputan kontributor PWMU.CO Jember Muhammad Fajar Al Amin
PWMU.CO – Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember, Jawa Timur menggelar Workshop Kurikulum Ismuba di Auditorium SD Muhammadiyah 1 (SD Mudisa) Jember, Kamis (16/2/2023).
Diikuti 60 peserta kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang Ismuba dari seluruh Perguruan Muhammadiyah se-Kabupaten Jember. PDM Jember menghadirkan 4 narasumber dari Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Ketua Divisi Ismuba Drs Muadz MAg, Wakil Ketua Divisi Ismuba Rahmad Salahuddin MPdI, serta anggota dari tim Pokja Erna Achmad MPd dan Anis Shofatun MPd.
Selain Majelis Dikdasmen Jember Dr Tanzil Huda MPd, dalam acara tersebut turut hadir Sekretaris PDM Jember Dr Ir M Hazmi DE SS, dan anggota Divisi Ismuba PWM Jatim Dr Sofyan Rofi MPd.
Waka bidang Ismuba, Sarpras, dan Humas SD Mudisa Danik Prastiyani SPd dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih atas rasa bahagianya SD Mudisa ditunjuk jadi tuan rumah dalam acara tersebut.
“Terima kasih kepada bapak ibu yang sudah berkenan hadir dalam kegiatan workshop ini. Selaku tuan rumah kami merasa bahagia karena diberikan kesempatan oleh PDM meyambut bapak dan ibu dalam kegiatan workshop ini,” ungkapnya.
Kurikulum Berganti
Sekretaris PDM Jember M Hazmi mengatakan jangan bimbang meskipun banyak berganti kurikulum.
“Kali ini kita akan workshop Kurikulum Ismuba yang jika dilihat kerangkanya ini masih mengacu Kurikulum K13. Saat ini sudah dihadapkan dengan Kurikulum Merdeka, tapi jangan khawatir 2024 akan berganti lagi, karena perubahan kabinet, yang akan berganti irama dan jangan membuat diri kita khawatir dengan pergantian irama ini,” tuturnya
Jalan saja terus, lanjutnya, apa yang kita yakini benar. Itu yang kita kerjakan, karena kami yakin Kurikulum Merdeka ini pasti direvisi kembali oleh Kemendikbud berikutnya, karena ada beberapa aspek dan prinsip yang masih harus disesuaikan.
Oleh karena itu, sambungnya, bapak-ibu sekalian poin penting menjadi guru Ismuba adalah bagaimana memahamkan kerangka berislam sesuai dengan yang diyakini, dipedomani, dan diamalkan oleh warga Muhammadiyah.
M Hazmi yang menjadi guru Ismuba harus dari Muhammadiyah. Guru Ismuba memang mestinya orang Muhammadiyah, normalnya dia punya NBM, tapi tidak normalnya dia ya orang Muhammadiyah, meskipun tanpa NBM jungkir-balik tetap Muhammadiyah, untuk mengajarkan Ismuba
Dosen Universitas Muhammadiyah Jember memamarkan karena itu kita punya keyakinan nanti, sekolah-sekolah Muhammadiyah di Jember mudah-mudahan implementasi Muhammadiyahnya tidak menyimpang, dari apa yang dikehendaki.
Inovasi dalam Ismuba
M Hazmi mengingatkan agar guru-guru Ismuba ini tidak mengajar seperti pada zaman dulu, yang membuat bosan anak-anak. Harus terus berinovasi, karena saat ini ada, ada problem digital, problem teknologi, yang harus masuk dalam Ismuba yang membuat pembelajaran menarik.
“Kalau bisa Dikdasmen Jember buat Ismuba ini menjadi objek literasi.”
Ismuba akan lebih tereksplore, tidak usah takut pedoman, karena pedoman itu bisa kita kaji, kalau yakin ini benar tinggal kita kerjakan, tapi kalau salah tinggal evaluasi, kan gampang.
“Jadi saran saya pada tim inovasi, literasinya ditambahkan lagi 2 hal, yaitu Ismuba dan teknologi.”
Hazmi berpesan pada guru Ismuba untuk selalu kreatif dalam memberikan pelajaran. Jangan hanya hafalan saja, biar tidak jenuh.
“Buatlah pelajaran yang menyenangkan pada Ismuba ini, agar Ismuba ini memberikan data tarik, sebagai mana ajaran Ahmad Dahlan yang simpel, yang ingin orang Indonesia itu pinternya kayak Londo, alimnya kayak santri,” pesannya.
Jadi siswa itu mau menggali ajaran Islam itu, sedalam mungkin, sehingga bisa mengimplementasikan dalam kehidupannya. Dia juga berpesan agar tidak saklek pada kurikulum, jangan membatasi diri pada Kurikulum.
“Jangan saklek pada kurikulum, karena kalau kita saklek pada kurikulum pendidikan akan macet. Sekolah-sekolah yang maju bukan karena terpacu pada kurikulum, tapi sekolah maju didapatkan oleh sekolah yang mampu melampaui batas-batas itu tadi. Kurikulum itu memang penting tapi jangan kaku dan saklek,” pesannya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.