PWMU.CO – Menulislah, karena tulisan itu akan mengabadikan kita. Kalimat motivasi itu disampaikan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni di Workshop Jurnalistik yang diadakan SMA Muhammadiyah 3 (Smamga) Surabaya, Sabtu (25/2/2023).
Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Smamga Jalan Gadung Surabaya ini diikuti 55 peserta. Meliputi: guru-guru Smamga Surabaya, SD Muhammadiyah 6 Surabaya, SD Muhammadiyah 7 Surabaya, SD Muhammadiyah 24 Surabaya, dan dua siswa Smamga Surabaya.
Pada materi awal, Fatoni, sapaan akrabnya, memaparkan menulis merupakan cara mengabadikan diri.
Menurutnya, mengabadikan diri melalui karya tulis menjadi salah satu alasan mengapa kita harus menulis. Faktanya, beberapa orang yang sudah meninggal tetap abadi melalui karya-karyanya.
“Mengabadikan diri bisa dilakukan dengan cara menulis,” ujarnya.
Dia memberi contoh Buya Hamka. Menurutnya, meski saat ini tidak berjumpa dengannya, tetapi kita seolah berdialog melalui tulisan-tulisannya yang terabadikan melalui berbagai buku karyanya.
“Bahkan bukan hanya di Indonesia, buku-buku Buya Hamka diterbitkan di Singapura dan Malaysia. Tidak saja di bidang agama seperti Tafsir Al Azhar yang sangat fenomenal itu, Buya Hamka juga menulis soal filsafat dan sastra,” katanya.
Fatoni juga memberi contoh Buya Syafii: “Beliau sudah meninggal dunia tetapi karya-karyanya masih bisa kita baca melalui tulisan-tulisannya, yang kini dikelola oleh Ma’arif Institute.”
“Maka jika kita ingin mengabadi, menulislah,” ajaknya.
Branding Sekolah
Fatoni melanjutkan, selain mengabadikan atau mendokumentasikan pemikiran dan peristiwa, menulis juga bisa menjadi ajang aktualisasi jati diri. Dalam makna ini, menulis adalah alat untuk branding, menjaga citra baik, dan promosi.
Dia memberi contoh perusahaan besar yang tetap beriklan dengan gencar. “Mengapa tetap beriklan? Agar mereknya tetap diingat dan melekat di hati custumer,” katanya.
“Maka, tulis dan tulislah tentang sekolah kita, agar masyarakat selalu mengingatnya,” pesannya.
Selain sebagai branding, menulis merupakan amal kebajikan karena bisa menginspirasi orang lain.
Lulusan S1 Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya tahun 1992 itu menegaskan, seandainya sekolah kita sudah tak butuh promosi—karena misalnya sudah ada yang inden dua tahun—tetapi menulis berita sekolah tetap harus dilakukan.
“Karena itu bagian dari kewajiban amal usaha Muhammadiyah untuk menginspirasi pembaca, khususnya pada sekolah lain,” terang bapak lima anak dan satu cucu ini.
Dia bercerita, seringkali berita-berita sekolah yang terbit di PWMU.CO itu menjadi ajang ATM (amati, tiru dan modifikasi) bagi sekolah lain. “Ini bagus karena akan menjadi ‘virus’ kebaikan,” katanya.
Pria kelahiran Lamongan itu mengingatkan, “Kita tak perlu takut program sekolah kita ditiru sekolah lain karena itu menjadi tantangan bagi sekolah untuk melakukan inovasi, melahirkan program baru,” usar dia.
Di bagian lain, Fatoni menyampaikan materi bagaimana menulis yang menarik dan memviralkan berita.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Smamga Surabaya Heriyatini dalam sambutannya menuturkan menulis bisa bermanfaat untuk mengabadikan setiap kegiatan yang ada di lembaga.
“Workshop Jurnalistik ini sangat bermanfaat bagi kita sebagai pendidik dan bermanfaat bagi lembaga. Selain mendidik, tugas kita sebagai guru juga dituntut untuk menulis mengabadikan setiap kegiatan yang terlaksana. Baik menulis tentang diri kita atau menulis tentang lembaga sekolah yang dapat menginspirasi masyarakat,” kata Tini, panggilan akrabnya. (*)
Penulis Elvira Nur Ardelia, guru SD Muhammadiyah 24 Surabaya. Naskah ini terpilih sebagai yang terbaik pertama praktik menulis dalam workshop.