Pidato Pertama Ketua PDM Jember Prof Aminullah Elhady; Liputan Kontributor Jember Muhammad Fajar Al Amin.
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember 2022-2027 Prof Dr H Aminullah Elhady MAg dalam pidato pertamanya usai terpilih meminta untuk diingatkan dan dikritik jika ada kesalahan saat memimpin nanti, Ahad (26/2/2023).
Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri KH Ahmad Shidiq (UIN KHAS) Jember menyampaikannya pada penutupan Musyda Ke-11 Muhammadiyah Jember di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Tanggul, Jember, Jawa Timur.
“Saya mewakili teman-teman sebelas terpilih ini mengucapkan terima kasih atas harapan dan amanah yang dititipkan oleh bapak-bapak anggota pimpinan Muhammadiyah yang mewakili seluruh warga Muhammadiyah Kabupaten Jember ini, ” ujarnya.
“Kami juga butuh dukungan semua pihak untuk melaksanakan program-program dan kegiatan-kegiatan persyarikatan dalam periode 2022-2027,” imbuhnya.
Prof Amin juga meminta Ketua PDM periode 2015-2022 H Kusno untuk memberikan bimbinganya ke depannya. “Mohon Bapak H Kusno yang sudah berpengalaman selama satu periode, lima tahun, plus dua (selama pandemi) yang memiliki banyak pengalaman tentunya. Jadi bisa membimbing saya,” ungkapnya.
Dia juga teringat saat tadinya berkelakar dengan Kusno. “Kata beliau, bimbingan tesis. Memang, dulu saat H Kusno bimbingan tesis, saya dosennya. Tapi saat di organisasi, beliau adalah ketua saya selama tujuh tahun kemarin,” guraunya bersambut tawa Musyawirin.
Karena, menurutnya, ada istilah pengalaman adalah guru terbaik dan Pak Kusno punya banyak pengalaman. “Jadi beliau adalah guru yang terbaik untuk saya,” tambahnya.
Ingatkan Kepemimpinan
Kepada seluruh peserta yang hadir, Prof Amin berpesan, “Ingatkan kami. Kita semua sangat terbuka untuk menerima kritik karena dalam Muhammadiyah kita semua adalah kader.”
Prinsipnya, kader Muhammadiyah itu mau dipimpin dan siap memimpin. “Karena nanti Bapak-Bapak sekalian harus siap menjadi pimpinan cabang, ranting, majelis, ataupun pimpinan lembaga setelah ini,” tuturnya.
Pria kelahiran Sidoarjo itu mengibaratkan Muhammadiyah seperti motor. “Ibarat motor, saat ini Muhammadiyah Jember sudah punya mesin yang sudah bagus. Hanya saja saat ini ganti driver saja,” ungkapnya.
“Driver hanya tinggal switch on kontak dan tinggal jalan karena mesinnya sudah bagus. Insyaallah drivernya ini tidak akan mleyot-mleyot. Tapi penumpangnya harus selalu melihat tingkah laku drivernya,” imbuhnya.
Sebab, sambungnya, di Muhammadiyah berlaku sistem bukan person. Inilah yang menurutnya menjadikan mereka semua ringan dalam melaksanakan amanah di Muhammadiyah. “Tentu saja dilandasi dengan niat ketulusan bahwa bermuhammadiyah adalah berislam dengan baik, ” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN