PWMU.CO – Sekularisasi sangat halus merasuki umat Islam. Akibatnya tanpa sadar umat masuk ke dalamnya bahkan menjadi pendukungnya. Hal itu dikatakan Ustadz Muhammad Bahrir MSi dalam pengajian Ahad pagi PCM Lakarsantri di Bangkingan Surabaya, Ahad (8/4).
Dia mencontohkan, bisnis umroh/haji demi mendapat keuntungan menawarkan paket wisata belanja ke Singapura atau Eropa. “Inilah bisnis yang dibungkus agama,” kata Bahrir yang aktivis Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islamiyah.
Umat Islam sekarang dipojokkan dengan sekularisasi dan anak keturunannya seperti pluralisme, liberalisme, dan hedonisme.
“Jika umat Islam menyuarakan memilih pemimpin muslim maka dituduh rasialis, anti pluralis,” ujar dia.
(Baca: 3 Misi Kristenisasi yang Dijalankan Bangsa Penjajah di Indonesia)
Sebaliknya, sambung dia, ada kiai mengundang HT ( Hari Tanoesoedibyo) ke pesantrennya dengan sambutan shalawat badar dipuji sebagai kiai maju dan toleran. “Padahal, itu kan keblinger. Demi keuntungan sesaat menjual pesantren dan santrinya yang disuruh berebut cium tangan,” kata Bahrir yang juga pengurus Majelis Tabligh PCM Gubeng.
Dia menegaskan, ghirah Islam harus ditumbuhkan untuk menyadarkan umat agar tidak terperangkap sekularisasi ini,” ujarnya. “Caranya umat diserukan berjamaah ke masjid, lalu membangun ekonomi umat,” sambungnya.
Mulai sekarang, kata dia, upayakan belanja ke toko pracangan dan pasar. Hindari mini market karena itu membesarkan kapitalis.”Satu contoh kita selama dibodohi tidak terasa adalah donasi uang receh kembalian di minimarket. Ternyata uang receh itu mencapai miliar dalam setahun. Runyamnya dipakai untuk program melemahkan umat Islam,” tegasnya. (sgp/aan)