PWMU.CO– Khaira ummah dibahas dalam Ngaji Reboan oleh Dr Mahsun Djayadi di Masjid al-Ikhlas Dukuh Kupang Barat XXVIII/4 Surabaya, Rabu (1/3/2023) bakda Isya.
Mahsun Djayadi menerangkan, kata khaira ummah terdapat dalam al-Quran surat Ali Imron ayat 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Secara letterlik, kata كنتم – berarti “Kalian dulu adalah”. khobarnya adalah: idhofah (kata majemuk) خير أمة (khaira ummatin). Karena harus manshub, maka menjadi khaira ummatin.
Sekarang, pertanyaannya: kalau secara tata basa kata kuntum, artinya “dulu kalian” atau past-tense, apakah artinya sekarang tidak berlaku lagi? Ada dua alternatif penjelasannya:
Pertama, secara bahasa, kata kaana (dulu dia adalah) tidak selalu artinya dulu, tapi bisa juga berarti senantiasa. Contohnya, di dalam al-Quran banyak ayat yang menyebutkan sifat Allah dengan kata kaana: wa kaanalaahu ‘aliiman ghafuuran: dan senantiasa Allah bersifat maha tahu dan maha pengampun.
Jika dipakai kaidah ini pada ayat tersebut, bisa juga diterjemahkan: Senantiasa kalian umat muslim menjadi umat terbaik…
Kedua, ada juga yang menafsirkan ayat tersebut memang berlaku untuk masa lalu, tetapi bisa dibawa ke masa depan asal ada syarat yang harus dilakukan. Syaratnya yaitu dijelaskan di ayat itu, bahwa: Kalian akan jadi umat terbaik selama kalian melaksanakan amar makruf, nahi munkar, dan memiliki iman kepada Allah yang kuat.
Imam Ahmad menyatakan: telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Zuhair, dari Abdullah (yakni Ibnu Muhammad ibnu Aqil), dari Muhammad ibnu Ali (yaitu Ibnul Hanafiyyah), bahwa ia pernah mendengar sahabat Ali ibnu Abu Talib r.a. menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Aku dianugerahi pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun.
Maka kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah anugerah itu? Nabi menjawab: Aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh), dan aku diberi semua kunci perbendaharaan bumi, dan aku diberi nama Ahmad, dan debu dijadikan bagiku suci (lagi menyucikan), dan umatku dijadikan sebagai umat yang terbaik, (hadis ini derajatnya hasan).
Dalam Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia) dijelaskan: Kalian itu (wahai umat Muhammad), adalah sebaik-baik umat dan orang-orang yang paling bermanfaat bagi sekalian manusia, kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf, yaitu segala yang diketahui kebaikannya menurut syariat maupun akal, dan kalian melarang kemungkaran, yaitu segala yang diketahui keburukannya menurut syariat maupun akal, dan beriman kepada Allah dengan keimanan mantap yang dikuatkan dengan amal perbuatan nyata.
Penulis Jahja Shalahuddin Editor Sugeng Purwanto