PWMU.CO – Jihad membela agama Allah jangan hanya dipahami dengan mengangkat senjata atau dengan jalan berperang saja. Dr Biyanto mengatakan jihad juga bisa berarti melakukan perintah Allah dengan penuh kesungguhan. Seperti halnya gerakan sholat subuh berjama’ah, di Masjid At-Taqwa Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Jajartunggal, Wiyung, Surabaya pagi hari ini (9/4).
Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dengan tegas mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini dalam keadaan damai dan tenteram. Karena itu semangat jihad dengan mengangkat senjata harus dikaji dan dikoreksi ulang. ”Menjadi pembela ajaran Rasul harus dengan cara beragama yang benar dan tidak ekstrim. Kecuali di daerah yang sedang rusuh dan penuh konflik. Seperti halnya di timur tengah,” ujarnya Biyanto mengingatkan jama’ah.
Pria asal Laren, Lamongan ini lantas menyampaikan berita tentang penangkapan terduga teroris di Desa Belimbing, Paciran, Lamongan dan di Kecamatan Jenu, Tuban baru-baru ini. Penangkapan terduga teroris di Lamongan, terang Biyanto tidak disertai dengan baku tembak. Sebaliknya, di Tuban baku tembak terjadi dan mengakibatkan 4 korban meninggal dunia. Semua korban rata-rata masih berusia muda.
”Anak-anak muda harus kita dibentengi dari ajakan gerakan jihad yang membabi buta. Karena gerakan Muhammadiyah adalah al-washitiyah atau gerakan yang berada di tengah-tengah. Tidak ekstrim kanan atau ekstrim kiri,” ajak Biyanto.
Biyanto lantas menyampaikan Hadis Riwayat (HR) Tirmidzi yang menyatakan, dari Anas Bin Malik R.A, Rasulullah pernah berkata: barangsiapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu mulai dari pergi dan kembali lagi rumah lagi itu di dihitung oleh Allah sebagai jihad fi sabilillah.
Tak lupa, Biyanto pun memuji geliat dari gerakan shalat subuh berjamaah di berbagai masjid yang ada. ”Beberapa bulan ini, jama’ah shalat subuh ada peningkatan yang cukup signifikan. Ini merupakan fenomena tersendiri. Semoga semangat atau gairah untuk menjalankan perintah Allah SWT ini terus tumbuh,” paparnya. (ferry/aan)