PWMU.CO – Satu rombongan, satu lokasi, tapi beda arah kiblat shalat. Itulah kejadian lucu yang dialami oleh rombongan muhibah ormas Islam Jatim di Tiongkok, Ahad (9/4) sore).
Saat berada di Beijing International Airport untuk menunggu jadwal penerbangan ke Lanzhou, rombongan bermaksud menunaikan jamak qashar Dhuhur-Asar. Tidak seperti di Hongkong Internasional Airport yang menyediakan ruang shalat, di bandara ini tidak ada ruang khusus untuk itu.
(Baca: Bila Para Lansia Mencari Jodoh Seiman di Masjid Madian Beijing dan Tanpa Babi di Nui Jie, Jalan Sapi Beijing)
Maka rombongan berencana melaksanakan shalat di lantai ruang tunggu. Karena sebagian sudah mengambil wudhu dan tempat terbatas, maka yang sudah siap shalat duluan
Shalat jamaah kloter pertama dipimpin Ketua MUI Jatim KH Andussomad Bukhori. Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib ikut jamaah dalam kloter ini meski dengan terlambat. PWMU.CO yang wudhu belakangan kemudian mengajak Ketua PWM Jatim M Saad Ibrahim dan beberapa lainnya untuk jamaah shalat pada kloter berikutnya.
(Baca juga: Pengalaman Terkecoh Mengikuti Jumatan Unik di Masjid Niu Jie Beijing Tiongkok dan NU-Muhammadiyah Kompak Jamak Qashar di Hongkong International Airport)
Tapi sebelum melaksanakan shalat, Ketua PWM Jatim itu ragu akan arah kiblat yang digunakan jamaah gelombang pertama. Maka dia meminta tolong Musodik, Sekretaris Eksekutif PWM Jatim, untuk mengeluarkan kompas otomatis, yang sebenarnya sudah disiapkan pihak travel pada tiap anggota rombongan. Dari petunjuk arah itu, terbaca bahwa arah kiblat yang benar justru bertolak belakang dengan arah kiblat yang dituju jamaah kloter pertama.
Dengan dipimpin oleh Saad Ibrahim, jamaah shalat dilangsungkan dengan menggabung dan meringkas, yakni dua-dua rakaat. Adapun tempat kami shalat dengan jamaah yang shalat duluan itu dibatasi oleh trolly.
Usai shalat, Nadjib menghampiri kami. Dia bercerita bahwa setelah berdiskusi dan mengecek ulang kompas, ia baru sadar kalau shalatnya tadi menghadap timur. “Saya tadi ikut jamaah ketika shalat sudah dimulai,” ujarnya sambil mengatakan bahwa hal itu tidak masalah karena ketidaktahuan. Tapi, Jadi Galajabo, anggota rombongan yang ikut shalat gelombang pertama yang ragu, ikut lagi jamaah bersama Saad.
Cuma yang membuat Nadjib heran, kenapa masih ada kloter jamaah berikutnya yang arah kiblatnya masih ke arah timur. “Sudah saya ingatkan, tapi mereka masih yakin dengan arah kiblat yang salah itu,” ucapnya.
(Baca juga: Semangat Ketua PW Muhammadiyah Jatim Menaklukkan Great Wall di Tiongkok)
Nadjib menambahkan bahwa perbedaan arah kiblat ini bisa terjadi karena Bandara International Beijing tidak menyediakan tempat khusus untuk shalat. “Jadi anggap saja pencarian arah kiblat tadi sebagai ijtihad. Dan yang salah tetap dapat 1 pahala. Apalagi, ke mana saja kita menghadap, di situ ada wajah Allah,” katanya sedikit berfilosofi.
Selidik punya selidik, ternyata jamaah kloter pertama tadi salah dalam membaca kompas. Kisah ini mengingat kita tentang umat Islam di Suriname. Sampai sekarang, ada masjid yang menghadap ke barat karena ikut tradisi leluhurnya dari Jawa, yang kiblat shalatnya ke arah barat. Dan Muslim modern yang paham posisi geografis Suriname, tentu menghadap ke timur. Jadi satu negara dua arah kiblat. Demikian juga, satu bandara dua arah kiblat, he he … (MN)