PWMU.CO– Filantropi menjadi kajian studium general yang diadakan Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Kamis (15/2/2023).
Hadir sebagai pembicara Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya, Reni Astuti dari PKS.
Reni Astuti menyampaikan, istilah filantropi sering kali dihubungkan dengan seseorang yang memiliki daya finansial besar, padahal tidak demikian.
”Siapapun bisa melaksanakan, berkecimpung, beraktivitas, melakukan giat-giat kegiatan sosial, yang penting memiliki niat dan keyakinan, dan ini sangat menguntungkan bagi siapa,” terangnya.
Menurut Reni Astuti, kader IMM Surabaya memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan bangsa dan negara, khususnya dalam bidang kepemimpinan. Oleh karena itu, kalian harus memiliki tekad yang kuat untuk menjadi pemimpin yang baik dan mampu memimpin masyarakat dengan bijaksana,” ujarnya.
DPRD Kota Surabaya, kata dia, memfasilitasi setiap kebutuhan PC IMM Kota Surabaya yang berkaitan dengan pemberdayaan warga kota khususnya daerah terpencil,” tuturnya.
Beberapa titik di Kota Surabaya masih ada yang belum terjamah pembangunan dan pemberdayaan warganya. ”IMM melalui Ruang Pemberdayaan Nasional 2023 dapat menjembatani masyarakat dengan stakeholder kota Surabaya,” ujarnya.
Bicara filantropi dia menjelaskan, secara sederhana disebut tindakan kedermawanan. Yang disumbangkanpun bukan sebatas dana, tetapi juga waktu, tenaga, dan pikiran.
”Filantropi dimaknai secara lebih luas tidak hanya berderma tapi efektivitas memberi, baik material ataupun non-material, dapat mendorong perubahan kolektif di masyarakat,” paparnya.
Indonesia, sambung dia, punya budaya kolektif filantropi yang disebut gotong royong. Ini menjadi kekuatan dan memicu minat di luar negeri.
”Zakat menjadi pendorong keagamaan untuk melakukan filantropi. Potensi ini didukung Indonesia sebagai rumah bagi 231 juta muslim yang mayoritas,” tuturnya.
Berdasarkan sifatnya, filantropi dibagi tradisional dan modern. Filantropi tradisional berbasis belas kasihan untuk pelayanan sosial bersifat individual.
Filantropi modern lazim disebut filantropi pembangunan sosial dan keadilan sosial adalah bentuk kedermawanan sosial untuk menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin.
Dalam konsep ini diyakini kemiskinan lebih disebabkan ketidakadilan dalam alokasi sumber daya dan akses kekuasaan dalam masyarakat. Maka filantropi modern diharapkan dapat mendorong perubahan struktur dan kebijakan. Dengan kata lain filantropi modern lebih politis.
Penulis Adimas Setiawan Editor Sugeng Purwanto