
Muhammadiyah Lamongan Tahun 2022-2027 Butuh Formasi 3-4-3-2-1; Opini oleh Mohamad Su’ud
PWMU.CO – Rasanya kurang lengkap, kolom Aroma Darah Segar Menyengat di Musyda Muhammadiyah Lamongan: tidak dilanjutkan. Ada aktivis yang memberikan komentar di salah satu grup terhadap tulisan saya, tersebut. Bahwa profil yang dibutuhkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan lima tahun ke depan adalah mereka yang ulama, ekonom, jurnalis, administrator, dan komunikator atau lobbying.
“Ya betul, itulah yang dibutuhkan sekarang dan yang akan datang,” jawab saya dalam hati.
13 pimpinan yang akan dipilih dan terpilih merupakan team work yang memiliki amanah menjaga wibawa sebagai gerakan dakwah, mengembangkan Persyarikatan, mengendalikan ritme organisasi, mempertahankan infiltrasi dari tantangan-hambatan dan menyejahterakan anggota.
Anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan tersebut akan dibantu dengan oleh majelis dan lembaga sebagai eksekutor di lapangan.
“Anggota pimpinan itu bukan sebatas penasihat atau konsultan,” kata Pak Din Syamsuddin. Anggota pimpinan adalah inti penggerak roda organisasi yang mampu memobilisasi majelis dan lembaga agar dinamis. Bergerak lincah, gaya zig-zag namun terukur itulah fungsi anggota pimpinan 13.
13 anggota PDM Lamongan selain bertugas mengkoordinasi lembaga-majelis, juga memiliki peran khusus yang lebih strategis. Banyak hal akan muncul di luar program yang sudah ditanfidzkan. Justru tugas inilah yang memerlukan insting-intuisi, kejelian, kebijaksanaan, kepiawaian dan kompetensi serta strategi luwes.
Formasi 3-4-3-2-1
Apa maksud formasi di atas? Ini hanyalah ilustrasi penulis, sebagai gambaran kebutuhan dan tantangan ke depan. Pimpinan bergerak secara tim, bukan individu. Dibutuhkan formasi yang solid dan tangguh agar program dan cita-cita organisasi tercapai. Seperti permainan dalam sepak bola, bermain secara cantik dan menawan untuk mencetak gol.
Formasi 3 di depan adalah tim penyerang atau sebagai lobbying dan komunikator. Pembuka tabir. Memecah kebekuan. Menjual program (bukan menjual harga diri, he-he-he). Melempar gagasan kepada pihak luar. Menjalin kerja sama eksternal dengan misi dakwah. Menyebarkan (kepercayaan) publik.
Tim ini boleh bergerak bebas dan luas, tentu semua ada batas-batas organisasi. Tim boleh dekat dengan siapapun. Gerakan kita tidak boleh kaku.
Secara internal, tim 3 ini juga dituntut piawai memecahkan berbagai persoalan organisasi, semisal tentang kemacetan, kemandekan, kevakuman, baik secara struktural maupun amal usaha.
Formasi 4 adalah barisan mubaligh atau ulama. Garda kedua ini bertugas menyuarakan dan menyosialisasi kebijakan organisasi, menyelaraskan antara pedoman persyarikatan dengan perilaku di lapangan. Tim ini juga bertugas mengintai ‘musuh’ organisasi yang berusaha melakukan infiltrasi internal.
Masih banyak masjid-masjid Muhammadiyah yang belum sesuai dengan Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Tim ini secara simultan dalam kesunyian melakukan pembinaan dan pendampingan. Aktivis-aktivis yang tidak dan belum sejalan dengan garis Persyarikatan menjadi tugas tim 4 ini untuk memberikan ‘punishment, hukuman’. Di Lamongan masih kita jumpai beberapa masjid-mushala seperti yang penulis maksud.
Garda berikutnya adalah formasi 3. Mereka inilah tim ekonom yang bertugas mendobrak kebuntuhan ekonomi. Memetakan strata ketangguhan ekonomi jamaah. Tiga orang ini bertugas menggerakkan jiwa entrepreneur di kalangan anggota, terutama kaum muda.
Mengapa formasi ini berjumlah 3 orang? Ya, untuk membongkar mindset ketertinggalan ekonomi. “Muhammadiyah pada abad kedua diharapkan memiliki corak baru, khususnya dalam pengembangan pilar ekonomi umat,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas dalam sebuah kesempatan.
Tugas tim ini melakukan percepatan kebangkitan ekonomi dan memperluas jaringan sampai ke akar rumput. Ingat pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, berikut ini, “Usaha di bidang ekonomi bagi Muhammadiyah sebenarnya merupakan langkah strategis baik bagi kepentingan gerakan maupun bagi kemajuan umat dan bangsa kita. Dalam konteks gerakan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sebenarnya sejak awal memiliki tradisi wirausaha.”
Saatnya periode yang akan datang membuktikan bahwa Muhammadiyah berdaya di bidang ekonomi.
Peran sang Nakhoda
Formasi 2 adalah tim yang bertugas memperkuat barisan IT dan administrasi. Menyebar informasi, menangkal berbagai isu negatif. Memperbanyak relawan organisasi. Melakukan kerja sama dengan berbagai media massa online. Menumbuhkan angkatan muda Muhammadiyah untuk turut serta menjadi bagian dari mujahid digital. Penguasaan dan pengendalian informasi organisasi menjadi tanggung jawab penuh tim ini.
Penataan administrasi, pembuatan big data berbasis online adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan. Gedung dakwah adalah pusat kendali data. Siapa saja dan di mana saja boleh memperoleh data dari kita.
Formasi 1, yang terakhir adalah sang ketua. Dia seorang yang kuat secara moral, ruhani,dan mental. Sepak terjangnya sudah teruji. Sang ketua bertugas memberikan kesejukan kepada semua tim. Sang ketua memberikan dorongan yang kuat, memotivasi yang lemah,dan memberikan teladan.
Sosok ketua adalah penjaga gawang. Menjaga irama. Sang ketua adalah nakhoda, memiliki pendirian teguh namun luwes. Sang ketua memastikan semua tim bekerja sesuai dengan kaidah organisasi. Sang ketua adalah penerjemah kebijakan. Miniatur sang pendiri Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Nasrun minallah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni