Sempat Dicegat tanpa ID Card, Lika-liku Liputan Musyda; Liputan Gondo Waluyo, Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-12 Muhammadiyah Lamongan yang digelar di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) Sabtu-Ahad (4-5/3/2023) membawa cerita suka dan duka, termasuk bagi kontributor PWMU yang bertugas meliput kegiatan tersebut.
Demi keamanan dan kenyamanan musyawirin, standar sistem keamanan telah disosisasikan dan untuk dilaksanakan oleh segenap bagian keamanan atau Kokam baik di luar maupun di dalam arena Musyda.
Maslahul Falah kontributor PWMU.CO asal Godog, Laren, Lamongan punya pengalaman dicegat atau diminta keterangan oleh Kokam. Hal itu disebabkan saat memasuki tempat penginapan di gedung Umla lantai dua, dia tidak membawa ID card. Menyadari kesalahannya alumnus S2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini berusaha menjelaskan bahwa dia sedang tugas meliput. Dan beruntung pihak keamanan bisa memahaminya.
“Saya hadir untuk meliput berita Musyda dan kami resmi dengan lima yang lain,” kilah pria yang berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Paciran itu.
Cerita hampir sama juga dialami saya alami. Saya dicegat keamanan disebabkan tidak ada ID card. Temtu saya kaget, karena merasa sudah beberapa kali keluar masuk kamar dengan aman, tetapi kali ini diminta keterangan gara-gara tanpa ID card.
‘Diselamatkan’ Murid
Tapi saya diuntungkan karena beberapa orang yang mengenal saya di TKP. Di antara Kokam itu ada yang pernah saya ajar saat di SMP Muhammadiyah 12 Paciran. Dia pun menyapa, ustadz kepada saya.
Anggota Kokam yang mengaku murid itu adalah Ahmad Sugiartono asal dari Sumurgayam Paciran, “Saya adalah murid Ustadz Gondo Waloyo, dia guru bahasa Arab saya,” aku pemuda lajang bertubuh dempal itu.
Alfain Jalaluddin Ramadlan kontributor sekaligus panitia akhirnya memahamkan kepada Kokam tentang keberadaan kontributor PWMU CO di arena Musyda.
“Alhamdulillah bagian keamanan sudah memahami keberadaan kita,” papar ustadz dari Ponpes Al Mizan Lamongan ini.
Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni ikut kaget wartawannya mendapat masalah itu. “Kenapa kemarin nggak minta kartu pers seperti kontributor daerah lain saat meliput Musyda,” katanya sambil menunjukkan foto-foto kartu pres kontributor Sidoarjo.
Fatoni mengira di Lamongan tak ada masalah karena banyak kontributor yang juga pimpinan majelis di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. “Saya kira dapat ID card langsung dari panitia,” katanya.
Kekagetan itu saya jawab santai, “Kalau punya ID card kan nggak punya cerita dan nggak bisa menulis berita ini.” katanya.
Sebenarnya beberapa kontributor senior peliput Musyda ini sudah dibekali kartu pers, tapi lupa tidak dibawa. Seperti pengakuan Nely Izzatul. “Saya lupa kartu pers saya ketinggalan di Yogyakarta,” kata Nely yang tinggal di Yogyakarta dan jauh-jauh ikut meliput Musyda Muhamamdiyah Lamongan sebagai tempat kelahirannya. (*)