Musyda Pilih Pimpinan Baru, yang Gontok-gontokan Segera Islah; Liputan Kontributor PWMU.CO Lamongan Slamet Hariadi.
PWMU.CO – Wakil Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ir Tamhid Masyhudi memberi wejangan tentang bagaimana menyikapi hasil Musyawarah Daerah (Musyda).
Hal itu dia sampaikan dalam pembukaan Musyda Ke-12 Muhammadiyah Lamongan yang digelar di Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Sabtu-Ahad (4-5/3/2023).
Pertama, pilihlah calon-calon yang track record-nya sudah diketahui. Sepak terjangnya dalam bermuhammadiyah sudah terbukti dengan memperjuangkan persyarikatan bukan karena yang lain. “Dan pilihlah calon yang ikhlas dalam memperjuangkan Muhammadiyah,” pesannya.
Kedua, setelah Musyda dan terpilih pimpinan baru, maka yang semula gontok-gontokan segera islah (damai) antara satu dengan yang lain. “Mereka semua adalah saudara kita. Soal kita setuju dan tidak setuju, maka kita kembali ke pangkuan dengan tugas masing-masing dan segera islah,” imbaunya.
Ketiga, tetap istikamah di jalur Muhammadiyah untuk membawa persyarikatan, terutama di Lamongan yang sudah sangat terkenal, bukan hanya di Jawa Timur tapi ti tingkat nasional. “Lamongan ini sudah terkenal di Indonesia dan banyak tokoh-tokoh Muhammadiyah yang hadir di berbagai tempat yang berasal dari Lamongan,” ujarnya.
Lamongan ‘Menjajah’ Sidoarjo
Tamhid Masyhudi menceritakan, dia berasal dari Sidoarjo. Dia menyampaikan kalau dulu tidak ada ‘penjajah’ dari Lamongan, di Sidoarjo tidak akan berdiri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Dan kehadiran tiga tokoh Lamongan—Prof Syafiq A Mughni, Prof Achmad Jainuri, dan almarhum Agus Sofwan—yang menjadi pelopornya.
“Nah, semua itu datang ke Sidoarjo dengan membawa misi yang istikamah, memajukan Sidoarjo, dan sekarang Umsida lebih maju dari Umla,” ungkapnya.
Tapi Tamhid yakin, Rektor Umla Dr Alimul Aziz SKepNers MKes ini dari Lamongan asli yang berpengalaman di Universitas Muhammadiyah Surabaya. “Akan bisa memajukan Umla. Terbukti pertumbuhan Umla luar biasa dengan membangun gedung tertinggi di Lamongan,” imbuhnya.
Keempat, menjadi pimpinan persyarikatan Muhammadiyah harus benar-benar segar. “Segar apa? Segar badannya, segar kantongnya,” ucapnya.
Terakhir, sebagai sifat dan sikap bermuhammadiyah, maka dia menegaskan, menjadi pimpinan itu harus ihsan. “Ihsan adalah mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya. Semangat ihsan menjadi semangat persyarikatan Muhammadiyah,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN