Begini Tafsir Tilawati Quran di Pembukaan Musyda Sidoarjo; Liputan Kontributor PWMU.CO Sidoarjo Mahyuddin.
PWMU.CO – Tilawati Quran al-Insan ayat 1-25 pada pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-11 Muhammadiyah Sidoarjo mengingatkan arti kepemimpinan, Ahad (5/3/2023).
Pembacanya Habibi Hamzah, siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 10 Sidoarjo (SMP Miosi). Pembaca tilawati Quran merupakan hasil penyaringan dari beberapa sekolah ketika Tabligh Akbar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo, Sabtu (18/2/2023).
Habibi Hamzah belajar tilawati Quran sejak SD. Sehari-harinya, dia biasa rutin membaca al-Quran setelah shalat Maghrib. Minimal satu lembar. Dia mengungkap, “Dalam belajar tilawati Quran yang tepenting yaitu kesungguhan, fokus, dan istikamah.”
Habibi mengaku agak demam panggung ketika tampil. “Saya tadi sedikit grogi, tetapi alhamdulillah diberi kelancaran,” ujarnya.
Iddris–pendamping tilawati Quran sekaligus guru Ismuba SMP Miosi–berharap, Habibi bisa membagi waktu dengan kegiatan Tapak Suci, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, futsal, dan tetap menyediakan waktu untuk belajar al-Quran. “Serta bisa mengembangkannya dalam memaknai al-Quran dan menjaga akhlaknya,” imbuhnya.
Kepada PWMU.CO, Iddris menjelaskan isi kandungannya. “Quran Surat al-Insan ayat 2 berisi, ketika seseorang terpilih dalam suatu organisasi atau pimpinan apapun, dia tetaplah manusia. Tidak berubah jadi malaikat. Dia tetap manusia yang berasal dari air mani kemudian sebagai manusia. Tetaplah ia akan mendapatkan pujian,” jelasnya.
Lebih lanjut, Iddris menerangkan, manusia diberi dua potensi oleh Allah. Yaitu potensi petunjuk dan potensi untuk berbuat kesalahan. “Dan kita apakah termasuk yang mengambil petunjuk itu mau bersyukur atau kita kafir?” tanya dia.
Iddris berharap, Musyda Ke-11 Muhammadiyah Sidoarjo ini bisa menghasilkan pemimpin yang amanah seperti pesan dalam al-Insan. “Tetapi ingat, ketika seseorang itu melanggar aturan, tetap nanti Allah akan memberi balasan kepadanya dengan siksaan yang pedih,” tuturnya.
Begitu juga sebaliknya. “Orang-orang yang berbuat baik, siapapun itu, entah itu pemimpin, wakil pemimpin, orang-orang biasa, kalau dia berbuat baik maka janji Allah adalah surga yang di dalamnya terdapat berbagai macam kenikmatan,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Iddris mengatakan, seorang pemimpin kalau bisa berbuat adil sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya, maka di situ ada nilai lebih.
“Bahkan di dalam hadits juga dijelaskan di mana di akhirat nanti tidak ada orang yang bisa bernaung atau tidak mendapatkan naungan dari panasnya matahari kecuali hanya beberapa kelompok saja. Yaitu tujuh kelompok urutan pertama ternyata adalah pemimpin yang adil, pemimpin yang jujur, pemimpin yang memenuhi hak-hak yang dipimpinnya,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN