PWMU.CO – Memasuki Kota Linxia, seperti berada di kawasan Ampel Surabaya. Sepanjang jalan utama, kami selalu berpapasan dengan penduduk yang punya ciri khas muslim: pria berpeci putih dan wanita dengan kudung penutup kepala.
Bukan itu saja, deretan toko atau restoran yang berlabel muslim dengan warna khas hijau juga mendominasi kota yang berjarak 100 km dari Lanzhou, Ibukota Provinsi Gonsu, Tiongkok. Dan yang tak kalah penting, bertebaran masjid-masjid di Linxia, yang tak bisa lagi dihitung dengan jari tangan.
(Berita terkait: 7 Terowongan Menuju Linxia, Kota dengan 60 Persen Penduduk Muslim dan Shalat Dhuhur Berjamaah dengan Suhu 3 Derajat Celcius di Lianxia Tiongkok)
Seperti yang dituturkan Imam Masjid Besar Barat Nuh Idris pada PWMU.CO, Senin (10/4), warga muslim adalah 65 persen dari total keseluruhan penduduk Kabupaten Linxia. Karena itu kota yang diselimuti suhu dingin 2-6 derajat Celcius ini mirip kawasan Ampel di Surabaya. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa Linxia adalah Mekah kecil di China.
Ketika kami berkunjung ke mall di Linxia, suasana Ampel itu juga sangat terasa. Para pengunjung juga terlihat identitas muslimnya, peci bagi lelaki atau jilbab bagi perempuan. Bukan hanya pengunjung, para penjualnya pun mayoritas muslim.
(Berita terkait: Masjid Besar Barat Linxia: Tempat Dicetaknya Ulama-Ulama Tiongkok dan Tanpa Babi di Nui Jie, Jalan Sapi Beijing)
‘Islam’-nya salah satu kota di negara komunis China, bisa dilacak dari Musium Gongbei yang ada di Linxia. Menurut Ilyas, tuan rumah yang menemui rombongan MUI, Muhammadiyah, dan NU Jatim, serta Pengurus Masjid Cheng Hoo Surabaya yang mengunjungi tempat itu Senin (10/4) pagi, di musium itu terdapat makam Syech Maulana Hilaluddin, satu dari enam pendakwah dari Mekkah yang datang ke China memalui Jalur Sutera.
Kami sempat melihat-lihat komplek musium yang berarsitektur China kuno itu. Kami pun sempat berziarah ke makam Hilaluddin, yang berada dalam satu bangunan. Makam itu berada di dalam bangunan dan terkunci rapat, sehingga kami hanya bisa melihat dari lubang kecil.
(Berita terkait: Bila Para Lansia Mencari Jodoh Seiman di Masjid Madian Beijing)
Kepada PWMU.CO melalui penerjemah Sidik Gondohartono, Ilyas mengatakan bahwa di China, Hilaluddin tidak kembali ke Mekkah, melainkan menetap dan memiliki keturunan sampai 11 generasi. “Saya adalah keturunan ke-11,” kata Ilyas dalam bahasa Mandarin.
Menurut Deputy Secretary General ‘China Islamic Asossiation’ Harun Chen Yulong, jumlah umat Islam di Tiongkok mencapai 23 juta orang. Menurutnya, pemerintah memberi ruang kebebasan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah, termasuk akses dan subsidi bagi yang menjalankan ibadah haji. “Hanya saja, kita tidak boleh mengadakan acara secara terbuka di ruang publik,” kata Musa, Jumat (7/4). (Nurfatoni)