SDM 3 ICP Sumberrejo Kunjungi Museum Pendidikan Nasional

Siswa Sixth Grade SDM 3 ICP Sumberrejo sedang mengamati replika manusia purba pada zaman pra aksara (Muryanti/ PWMU.CO).

Siswa SDM 3 ICP Sumberrejo Kunjungi Museum Pendidikan Nasional, liputan kontributor PWMU.CO Bojonegoro Muryanti

PWMU.CO – Siswa SD Muhammadiyah 3 International Class Program (ICP) Sumberrejo Bojonegoro mengunjungi Museum Pendidikan Nasional di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Selasa (28/2/2023).

Waka Kesiswaan Yahya Irwan Soeherman SHI mengatakan destinasi tujuannya adalah Museum Pendidikan Nasional yang terletak di kawasan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

“Setelah berfoto di depan papan nama museum, siswa memasuki lobi museum dan disambut Educator (pembimbing) dari team museum,” katanya.

Dalam pemaparannya, Educator menjelaskan museum tersebut terdiri dari 5 lantai yang berisikan bagaimana perkembangan pendidikan di Indonesia.

Di lokasi ini, lanjutnya, siswa melihat banyak macam replika manusia pada zaman purba. Setelah itu, siswa juga ke lantai 2. Di sini mereka melihat replika sejarah perkembangan budaya dan agama di Indonesia.

Siswa Sixth Grade SDM 3 ICP Sumberrejo di depan pintu masuk Museum Pendidikan Nasional UPI Bandung (Hengky/PWMU.CO).

Ahmad Dahlan

Yahya Irwan Soeherman menjelaskan di lantai 3 siswa bisa melihat perkembangan pendidikan di masa pergerakan nasional. Patung dan foto tokoh pendidikan Indonesia terpampang rapi dan keren di lantai tersebut.

“Diawali dengan patung Ki Hajar Dewantara yang terkenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia dan juga pendiri Taman Siswa.”

Dia menuturkan di lantai ini juga siswa bisa melihat patung pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Di lantai ini, siswa banyak mendapat wawasan dan pengetahuan tentang dunia pendidikan di Indonesia.

“Pada masa pergerakan nasional, siswa menulis dengan media sederhana yaitu sabak dan grib. Jika sabaknya kotor siswa mencucinya di sungai, jadi daya ingat orang pada zaman tersebut bagus karena apa yang sudah ditulis akan dihapus tidak seperti buku saat ini.”

Di lantai 4, ditunjukkan perkembangan pendidikan mulai seragam maupun buku pelajaran dari kurikulum terlama sampai terbaru. Bahkan siswa mencoba duduk di bangku sekolah pada tahun 60-an, di mana yang unik ada satu meja kosong di samping depan yang digunakan untuk murid yang terlambat datang.

“Design bangku kelas sangat klasik dengan bahan kayu yang kokoh.”

Semoga, harapnya, kegiatan Edu Field Trip ini bisa menambah wawasan baru bagi siswa,” harapnya. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version