Pameran Seni Rupa Nyanyi Sunyi Sambut Musyda Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan; Liputan Luqman Wahyudi)
PWMU.CO – Musyda Ke-11 Muhammadiyah dan Musyda Ke-8 Aisyiyah Kabupaten Pasuruan diramaikan dengan berbagai kegiatan. Mulai dari tabligh akbar, pameran pendidikan, pelatihan MC dan protokoler, seminar kebangsaan, hingga pameran seni rupa dan batik.
Kegiatan pramusyda digelar tanggal 5-12 Maret 2023 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan Jalan Raya Raci KM 09 Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Pameran Seni Rupa “Nyanyi Sunyi” dan Batik “Nurita” dibuka Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Thohir Luth MA dan Kusen SAg M\A PhD dari Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan menggunting pita tepat pukul 11.00 WIB
Pameran yang berlangsung tanggal 5-12 Maret 2022 ini buka setiap hari pukul 09.00-21.00 WIB di lantai 3 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan.
Pemrakarsa pameran ini adalah LSBO PDM Kabupaten Pasuruan yang diketuai pelukis Badrie. Doia tidak sendirian karena berkolaborasi dengan komunitas seni rupa ‘Kuas Patris’ dan ‘Pawitra Project’ dari Pasuruan. Ada 40 lebih karya dipamerkan, mulai dari lukisan, art project, seni grafis, fotografi, video art, performance art, installation art, drawing, dan new media.
Badrie mengatakan pameran kali ini menitikberatkan pada apresiasi. Para pengunjung, baik para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum bisa memberikan apresiasi terhadap karya yang disaksikan.
Pengunjung juga bisa bertanya langsung kepada senimannya tentang proses dalam berkarya, dan dari mana inspirasi yang melatarbelakangi terciptanya karya. Untuk menyemarakkan itu panitia membuat kompetisi khusus bagi pengunjung SMA/SMK/MA dan mahasiswa untuk membuat apresian. Karya tulisan terbaik akan mendapatkan hadiah dan sertifikat dari panitia.
Nyanyi Sunyi Amir Hamzah
Sebelum pameran dibuka, Figo Dimas Saputra, kurator pameran seni rupa, menjelaskan sekilas tentang tema pameran “Nyanyi Sunyi”. Mas Figo, sapaan akrabnya, menjelaskan Njanji Soenji (Nyanyi Sunyi) adalah koleksi puisi karya Amir Hamzah tahun 1937.
Koleksi 24 judul puisi dan bait prosa ditulis Amir setelah ia dipaksa menikahi putri Sultan Langkat. Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang putri Jawa Ilik Sundari. Di tengah kemesraan itu ibundanya meninggal, setahun kemudian ayahnya pun meninggal. Biaya studinya ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat.
Paman yang sekaligus Raja Kesultanan langkat itu sejak awal tidak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir dianggapnya bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia pun memanggilnya pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Putri Kamaliah. Amir bisa saja menolak, tapi ia sadar telah berhutang budi pada Sultan Mahmud.
Amir dan llik akhirnya dipaksa menerima kenyataan cinta kasih mereka harus berakhir. Pernikahan Amir dan Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa mereka tak saling mencintai. Di tengah itu, kerinduan dan kehilangan Amir pada llik tetap kuat membekas. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni