Hizbul Wathan Camp, Sinergi Tiga Sekolah Manyar, Liputan Zaki Abdul Wahid, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Di bawah terik matahari, 110 siswa kelas V dari tiga sekolah dari Kecamatan Manyar berkumpul di Bumi Perkemahan Kebun Pak Inggih Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Gresik, Jawa Timur. Mereka sedang mengikuti acara sinergi Hizbul Wathan Camp. Jumat (10/3/2023). Acara akan berlangsung dua hari satu malam hingga Sabtu (11/3/2023).
Ketiga sekolah tersebut adalah SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Karangrejo (Mimdaka) dan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 1 Gumeno (MIM Gumeno).
Sebagai persyaratan menghadapi tantangan kelas VI, AH Nurhasan Anwar—Ketua Kwartir Cabang (Kuarcab) Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) Manyar yang juga sebagai Koordinator Seksi Acara—memberikan arahan pada timnya untuk melaksanakan berbagai acara.
Mulai dari membentuk yel-yel regu, merapikan tenda, pionering tiang bendera, menyusun sandi, kemampuan indera manusia (KIM), dan baris berbaris.
Tepat 08.30 rombongan dengan tujuh angkutan umum masuk arena luas Bumi Perkemahan Kebun Pak Inggih. Mereka belajar berbasis dengam Muhammaf Zainul Arif. Membentuk yel-yel sesuai dengan julukan regu.
Serunya Lomba
Setelah acara pagi, mereka berpencar ke tenda masing-masing untuk bersih diri bersiap shalat Jumat. Tepat pukul 13.00, setiap regu, yang terdiri dari 8-9 siswa, saling berbagi tugas untuk dibagi lagi menjadi dua tim KIM dan pionering.
Tiga siswa diminta untuk menyelesaikan tantangan kata sandi dan KIM dengan waktu yang dihitung dengan stop watch. “Pemenangnya adalah yang menyelesaikan tantangan dengan waktu sesingkat-singkatnya,” kata Pradita Eka Putri guru kelas V Ibnu Sina yang menjadi menjadi juri kata sandi.
Lain halnya yang diutarakan Musyrifah guru Mimdaka yang menilai siswa dalam meraba benda dan mencium benda di kompetisi KIM dalam keadaan mata tertutup. “Ada sepuluh benda yang mereka raba dan cium, banyak yang salah, harusnya menjawab sabun batangan tapi mereka tidak bisa menebak,” ujarnya.
Bahkan Musyrifah kaget dengan jawaban siswa bahwa yang diraba itu seharusnya cengkeh. “Malah disangka rokok,” katanya tertawa.
Saat pionering siswa setiap rombongan diminta mendirikan bendera dari hanya enam tongkat dan tali simpul. Muhammad Zainul Arif, pembina HW SDMM menyebutkan bahwa kompetisi pionering adalah yang terlama dalam prosesnya. “Banyak yang harus dinilai dari pionering, cara mengikat, kekuatan, estetika, dan kerapian menjadi penting. Makanya lama,” ujarnya.
Namun dari 13 regu yang ikut semua berhasil mendirikan bendera. “Tidak sia-sia latihan pionering dalam sepekan,” ujar Muhammad Fahmy Aubrey kelas V Ibnu Sina perwakilan Regu Elang. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni