Muhammad Malik Pimpin Lagi PDM Bondowoso, Pidato Pertamanya Tegas; Penulis Kuswantoro, Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Muhammad Malik SAg MAg terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bondowoso 2022-2027. Para periode 2015-2022 dia juga Ketua PDM Bondowoso.
Dia dipilih oleh 9 Anggota PDM Bondowoso yang melakukan rapat formatur dalam Musyawarah Daerah Ke-10 Muhammadiyah yang digelar di Kompleks Pusat Dakwah Masjid Al Huda Bondowoso, Ahad (12/3/2023).
Sebelumnya, 9 anggota formatur tersebut dipilih oleh musyawirin melalui pemungutan suara secara elektronik alias evoting. Mohammad Malik mendapat suara terbanyak.
Muhammad Malik dalam sambutan setelah terpilih mengatakan, “Halaman masjid kita tercinta ini, menjadi catatan sejarah bahwa ada amanah yang diberikan kepada kami untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Muhammadiyah di Bondowoso.”
“Satu yang ingin kita ingatkan tidak ada yang namanya periode terbaik. Semua periode itu baik. Kalau ada hari ini misalnya ada aktivitas yang lebih itu bukan karena yang terbaik. Dan yang terbaik tentunya yang melahirkan (pemimpin baru). Jadi masing-masing periode itu ada dinamika dan dinamika itu yang mempengaruhi zamannya,” jelasnya.
“Kenapa kita bisa seperti ini, karena tuntutan zaman. Bukan karena kami atau siapa pun yang punya kelebihan. Tapi kelebihan itu ada bapak-bapak pimpinan semua,” imbuhnya.
Dia melanjutkan, “Bapak-Ibu sudah mengikhlaskan memilih kami, itu pada hakikatnya Bapak-Ibu siap bersama-sama dengan kami. Bukan kami yang bergerak sendirian. Tetapi Bapak-Ibu yang memilih kami harus bergerak. Kami hanya mengomandani. Jadi apa yang kami lakukan nanti pada hakikatnya adalah dalam rangka menjalankan apa yang Bapak-Ibu putuskan hari ini.”
“Jadi mari kita bersama-sama. Tidak ada yang merasa lebih. Jadi kita punya kelebihan masing-masing dan masing-masing punya kekurangan yang harus kita tutupi satu dengan yang lainnya,” lanjutnya.
Saya ingin sampaikan, sambung dia, bahwa kita punya pemikiran yang beda dan kita dalam memahami segala sesuatu itu tidak sama. Dalam pemahaman keagamaan bisa jadi berbeda tetapi kita harus ingat bahwa kita berada dalam payung besar yang bernama Muhammadiyah. Kita berorganisasi, bukan berpaguyuban.
“Berorganisasi itu ada aturan dan ada norma. Maka kita mentahbiskan diri untuk saat ini bahwa kita berhimpun diatur dalam aturan dan ketentuan yang sudah ada. Maka itu yang harus kita ikuti,” kata doa
“Tidak boleh kemudian kita secara pribadi atau personal kekuatannya melebihi kekuatan dan ketentuan yang ada di organisasi. Siapa pun di antara kita yang punya pengaruh tidak boleh kemudian mengalahkan kesepakatan dan aturan,” imbuhnya.
Siapa pun, lanjut dia, yang duduk pada jajaran pimpinan ini maka harus tunduk dan patuh pada ketentuan dan aturan pimpinan pusat. Maka kita ingin bergerak bersama. Jangan sampai setelah memilih kemudian kami ditinggal.
“Maka kita siap bersama-sama. Apabila ada kebahagiaan kita rasakan bersama. Kalau ada sedih mari kita selesaikan bersama juga. Mohon doanya dan dukungannya mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan oleh Allah untuk menjalankan roda kepemimpinan ini,” harap dia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni