PWMU.CO – Setelah resmi berubah menjadi rumah sakit bertipe D pada tahun 2017 ini, Rumah Sakit Muhammadiyah Sumberpucung, Kabupaten Malang yang semula klinik kesehatan Muhammadiyah itu pun mulai berbenah. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas pelayanan di berbagai segi.
Pelayanan kesehatan yang semula terbatas pada poli umum dan poli gigi, kini meningkat menjadi banyak poli. Seperti poli penyakit dalam, poli anak, poli kandungan, poli bedah, poli anestesi, poli patologi klinik dan poli radiologi. ”Program selanjutnya adalah memacu kinerja pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter, staff dan karyawan rumah sakit,” kata Kepala RSM Sumberpucung dr Siti Johariah Suselo MM RS kepada pwmu.co, Kamis (13/4).
dr Siti menegaskan akan berusaha semaksimal mungkin untuk bersinergi dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan pengembangan pelayanan rumah sakit. Salah satunya bekerjasama dengan BPJS kesehatan. Karena di sekitar RSM Sumberpucung ini, banyak pasien pemegang BPJS yang membutuhkan layanan yang berkualitas, baik dan segera. ”Insya Allah. Ke depan RS Sumberpucung bisa menjadi rumah sakit yang bisa berkembang baik dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Terlebih, lanjut dr Siti, saat ini gedung lantai dua RSM Sumberpucung dengan fasililtas 40 tempat tidur itu telah diresmikan oleh Ketua PP Muhammadiyah dr H Agus Taufikurrahman Sp.S MM pada Ahad (9/4) lalu. Sebelumnya, kata dia gedung yang waktu itu masih klinik hanya memiliki 20 tempat tidur.
”Dengan adanya tambahan fasilitas RSM Sumberpucung ini, semoga gerak dakwah Muhammadiyah semakin maju dan berkembang ke arah lebih baik. Keberadaan RSM Sumberpucung juga bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.
Di akhir paparannya, dr Siti menceritakan sejarah perkembangan RSM Sumberpucung. Awalnya, pada tahun 1968, Aisyiyah Sumberpucung mengadakan kegiatan Penolong Kesehatan Rakyat (PKR) dengan mengajak para perawat di Sumberpucung. Kemudian, pada tahun 1970, PKR Aisyiyah melayani persalinan dan, tahun 1975 ada pelayanan posyandu dan imunisasi.
Selanjutnya, pada tahun 1982 berdiri Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), hingga pada tahun 2002, BKIA berubah menjadi klinik rawat inap dengan lokasi berpindah-pindah, karena tempat masih menyewa. Baru pada tahun 1980, klinik memiliki lahan sendiri dan mendirikan bangunan sendiri dan berkembang menjadi rumah sakit. (izzudin/aan)