Sekolah ingin berhasil? Buatlah kegiatan yang tidak bisa dilakukan orangtua; Liputan Nana Liesdiana, kontributor PWMU.CO dari Sidoarjo.
PWMU.CO – Tim Manajemen SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Sdamada) menggelar Seminar Motivasi untuk para guru dan karyawan, yang bertempat di Auditorium Jenderal Sudirman Sdamada, Sabtu (25/2/23).
Dimulai pukul 07.00-12.00 , seminar yang bertema “Mewujudkan Sdamada Berkemajuan” ini menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Ketua Umum Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Pahri SAg MM dan Konsultan Pendidikan Sekolah Kreatif Heru Tjahyono.
Membuka kegiatan, Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo Drs Edy Suwarno MPd menyampaikan, seminar ini bertujuan untuk memotivasi guru dan karyawan SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo.
“Agar bapak dan ibu mendapatkan kiat-kiat untuk menghadapi berbagai permasalahan di sekolah, terutama dalam menjaring kehadiran siswa baru,” ujarnya.
Jadilah Petarung
Narasumber pertama Pahri menegaskan, bahwa untuk bisa eksis dan berkembang, maka setiap guru dan karyawan harus menjadi jiwa-jiwa petarung dan percaya diri. “Jangan berada di zona nyaman, tetapi harus berani menerima tantangan,” kata mantan Kepala SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondanglegi tersebut.
Seorang guru, lanjut dia, harus mempunyai banyak ide dengan orientasi pelayanan terbaik. “Jual program. Masalah biaya dipikir belakangan. Karena Allah memberikan rezeki bergantung dari seberapa besar keringat yang kita keluarkan,” jelasnya.
Pahri kemudian mengungkapkan, banyak sekolah yang melakukan seminar, studi banding, dan lain -lain tetapi saat kembali, mereka menghadapi permasalahan sekolah dan jadi tidak berdaya karena tidak mengetahui esensi dari kegiatan tersebut.
“Bahwa esensi dari keberhasilan suatu kegiatan terletak pada sumber daya manusianya. Keberhasilan sekolah pun tergantung dari sumber daya manusia,” wanti-wantinya.
Sekolah Ingin Berhasil?
Sementara narasumber kedua Heru Tjahyono menyampaikan, mutu dan pelayanan adalah inti keberhasilan. Kepuasan pelanggan adalah pelayanan terbaik. Sebelum orang lain komplain, lebih baik kita instrospeksi diri terlebih dahulu.
“Mengerjakan segala sesuatu hendaknya tuntas sampai hal-hal kecil. Contoh, setelah mengadakan kegiatan, apakah pintu-pintu kelas sudah bersih dari tempelan-tempelan yang sudah tidak digunakan? Sudahkah hal-hal seperti itu diperhatikan?” tanyanya.
Jika sekolah ingin berhasil, maka lakukan kegiatan yang tidak bisa dilakukan orangtua. Sederhana saja, misalnya jika sekolah kita berada di perkotaan, maka tawarkan kegiatan turun ke sawah untuk anak- anak didik.
“Kegiatan ini menantang bagi anak-anak kota. Kita jual ketidaknyamanan, agar anak -anak merasakan dan menyadari bahwa mereka akan menghadapi pengalaman yang sama suatu saat nanti. Bagaimana mereka harus mencari solusi dengan ketidaknyamanan dan hal-hal yang serba mendadak,” ulasnya.
Wali Murid sebagai Aset
Hal ini, lanjut dia, juga berlaku bagi guru dan karyawan. Membiasakan rolling wali kelas dan karyawan, melatih pegawai untuk terbiasa dengan ketidaknyamanan dan kondisi yang serba mendadak.
“Kalau ingin sukses, jangan hanya bertahan tetapi jadilah petarung,” tandas Heru. Jika ingin sekolah maju, sambungnya, maka harus mau susah dan memperkuat team work. Jadilah trend setter bukan hanya follower.
Heru juga menyampaikan kiat-kiat meningkatkan kerja sama dengan orangtua. Bahwa, sebagai guru, haruslah menjaga anak didik karena mereka adalah titipan orang tua di sekolah. Jangan abaikan anak didik sekecil apa pun.
“Dengan wali murid pun demikian, bagaimana pun kondisinya, komunikasi harus lancar. Rangkul mereka, jangan dianggap musuh, bagaimana pun kondisinya. Anggap semua wali murid adalah aset. Jangan mengambil jarak dengan wali murid,” paparnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.