300 T dan Larangan Allah terhadap sifat rakus, catatan Ridwan Manan, Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah, Buduran, Sidoarjo.
PWMU.CO – Miris! Terasa sesak di dada ketika membaca media sosial, yakni saat Menko Polhukam Mahfud MD mengungkap adanya temuan transaksi mencurigakan senilai Rp 300 triliun di Kemenkeu. Temuan itu di luar transaksi eks dirjen pajak dan keluarganya.
Mahfud mengungkap, jika dia sudah dapat laporan terbaru, bahwa ada pergerakan mencurigakan senilai Rp 300 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan, yang sebagian besar ada di Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai. Hal tersebut dikatakan Mahfud MD di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu (8/3/23).
Menjadi miris, pertama, pejabat negara dengan integritasnya, yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat justru menampilkan perilaku sebaliknya “merampas” uang negara.
Kedua para ekonom memprediksi tahun 2023 adalah tahun “gelap” terjadi inflasi yang tinggi sehingga terjadi resesi ekonomi. Masyarakat bawah semakin tercekik karena ketidakmampuan membeli kebutuhan hidup, sementara ada di antara oknum pejabat negara menumpuk dan pamer kekayaan, sudah hilang kepekaan sosialnya.
Rakus terhadap Harta
Fenomena pamer kekakayaan dan rakusnya terhadap harta sudah diingatkan Rasulullah SAW. Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Seandainya anak cucu Adam memiliki satu lembah emas, niscaya dia ingin memiliki dua lembah. Padahal yang akan memenuhi mulutnya hanyalah tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat.” (HR. Mutafaq ‘alaih) Kitab Riyadush Sholihin No 23 Bab Taubat.
Dalam Kitab Bahjatun Nadzirin Syarah Riyadush Shalihin ditulis Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali mengungkapkan celaan bagi orang yang gemar mengumpulkan harta kekayaan, mengagungkan dan rakus terhadap harta. Sebab akan berusaha memperolehnya dengan berbagai jalan, sehingga membuat seseorang bakhil dan kikir. Bahkan dia akan mengerahkan dengan segala kemampuannya untuk mendapatkan harta kekayaan.
Rakus atau tamak adalah sifat yang merusak amal dan kebaikan diri yang sangat tidak sesuai dengan kehidupan orang beriman. Ketamakan yang merusak amal itu akan berakibat dengan kehinaan.
Larangan Allah agar tidak punya sifat rakus
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warna kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al Hadid 20)
Hilangnya Keberkahan
Harta yang kita cari bukan berapa banyaknya, tetapi keberkahannya. Harta yang dicari dengan cara haram akan cepat hilang tanpa disadari bahkan membawa kehinaan pada dirinya dan keluarganya.
Sudah banyak contoh yang terjadi di tengah masyarakat, dulunya pamer kekayaan dengan mobil dan rumah mewah, namun dalam sekejap kehinaan yang didapat karena tertangkap KPK atau anaknya berurusan dengan hukum.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram“. (HR. Bukhari)
Yang perlu kita cari dari rezeki bukan jumlahnya semata, tetapi juga keberkahannya. Dengan harta yang berkah hidup kita jadi mulia, mudah, dan dimudahkan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Cara mendapatkan keberkahan adalah dengan ketakwaan, yaitu rasa takut kepada Allah akan harta yang haram dan cara mendapatkannya yang haram. (*)
300 T dan Larangan Allah terhadap sifat rakus, Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.