Soft Launching UMRO, PCIM Malaysia: Muhammadiyah Dukung Uyghur; Penulis Mundzirin Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Jumat (4/3/2023) menjadi salah satu momen bersejarah bagi para aktivis Uyghur yang tergabung dalam International Union of The East Turkistan Organizations.
Pasalnya, organisasi yang intens mencari dukungan kaum Muslimin dari berbagai belahan dunia untuk membebaskan bangsa Uyghur dari penindasan itu menjalin kerja sama dengan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Mereka membentuk satu badan penghubung yang dinamakan Uyghur-Malaysia Relations Organization (UMRO).
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia mendapat undangan khusus dari Naib Presiden ABIM Ahmad Fahmi Mohd Samsudin, untuk ikut menyaksikan Soft Lunching Event UMRO bersama ormas, orpol, dan institusi Malaysia lainnya, di hotel Binjai 8 Premium Soho Kuala Lumpur.
Seperti Allied Coordinating Council of Islamic NGOs (ACCIN) Malaysia, Malaysian Humanitarian Aid And Relief (Mahar), Haluan, Parti Keadilan Rakyat (PKR), Amanah, dan Malaysia for Youth (M4U).
Ketua PCIM Malaysia Muhammad Ali Imran alias Umai dan Sekretaris PCIM Malaysia Ahmad Fathoni ikut hadir memenuhi undangan tersebut. Dalam sambutannya, Umaii menyampaikan dukungan PCIM Malaysia untuk bangsa Uyghur yang tertindas di negeri sendiri.
Umai juga menjelaskan Muhammadiyah sejak awal mendukung perjuangan bangsa Uyghur. “Awal 2019 lalu delegasi Muhammadiyah bersama NU dan MUI berangkat ke Tiongkok untuk memastikan berita tentang penindasan bangsa Uyghur di wilayah Xinjiang,” katanya.
Dia menerangkan, di penghujung 2019, ketua delegasi—Kiai Muhyiddin Junaidi, yang merupakan Ketua Hubungan dan Kerja Sama Luar Negeri Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah waktu itu—dalam konferensi pers bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan kejanggalan yang ditemui ketika melakukan kunjungan ke Xinjiang tersebut. Kiai Muhyiddin mengaku telah membuat laporan resmi ke Menlu RI terkait temuan tersebut.
UMRO Langkah Penting
Lalu, Umai melanjutkan, pada bulan Oktober 2022, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dr Ma’mun Murod MSi menandatangani nota kesefahaman (MoU) dengan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Uyghur. Ma’mun menilai Uyghur adalah persoalan internasional dan berkenaan hak asasi manusia (HAM).
“Sesungguhnya persoalan Uyghur itu nyata, dan ada pelanggaran HAM di sana,” tegas Ma’mun.
Namun disayangkan, kata Umai, dukungan negara-negara Muslim terhadap Uyghur masih lemah. Padahal, dukungan tersebut amat diharapkan oleh bangsa Uyghur untuk melindungi mereka dari upaya ethnic cleansing. Fakta ini terungkap dalam sebuah seminar internasional yang dilakukan secara daring, yang digagas oleh UMJ dan Pusat Kajian Uyghur.
Di akhir sambutannya, Umai menilai diresmikannya UMRO ini adalah sebuah langkah penting yang menunjukkan bahwa kaum Muslimin masih memiliki empati dan kepedulian terhadap nasib saudara mereka.
UMAI menutup sambutannya dengan membacakan firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 75, yang artinya: “Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.’”
Menurutnya, ayat ini sangat relevan dengan situasi yang menimpa bangsa Uyghur hari ini. Maka kaum Muslimin di seluruh dunia dituntut partisipasi aktifnya untuk membebaskan bangsa Uyghur dari penderitaan yang mereka alami. (*)