PWMU.CO– Empat Aktivis Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek) mengadakan diskusi bareng memperingati Supersemar di Base Camp Rayon PMII Al-Ghozali UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Selasa (15/3/2023).
Empat aktivis Ormek ini Rizkia Meriko Satriawan, Ketua Umum Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Fathoni Al Fahmi, Ketua Umum Komisariat GMNI, Ibnu Cahyo, Ketua Umum Komisariat HMI, dan M Khoirun Nizam, Ketua Umum Komisariat IMM KH Ahmad Dahlan. Diskusi dihadiri para aktivis mahasiswa Tulungagung.
Satu persatu dari empat aktivis perwakilan Ormek memaparkan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dari sudut pandang masing-masing. ”Pembahasan mengenai sejarah Supersemar ini tidak akan ada habisnya karena sampai saat ini kita masih mencari kebenarannya dari konteks data surat yang di tandatangani,” kata Rizkia, mahasiswa asal Trenggalek.
Sementara Fahmi, panggilan akrab Ketua Umum Komisariat GMNI asal Jombang usai menonton dua film Supersemar mengupas kronologis sejarahnya dari sebelum tahun 66. ”Dari peristiwa sebelum tahun 1966 banyak sekali peristiwa penting juga yang ada sangkut pautnya dengan Supersemar,” katanya.
Sedangkan Ibnu Cahyo mengupas Supersemar dari konteks sejarah berdasarkan buku-buku yang sudah dibacanya. ”Dari buku-buku sejarah tentang Supersemar yang saya baca saya menyakini bahwa berkas asli Supersemar itu ada,” ujarnya.
Terakhir dari Ketum Komisariat IMM Tulungagung yang biasa dipanggil Nizam memaparkan tanggapannya dari sudut pandang film. ”Saya melihat dari sisi framing-nya yang dibilang didapatkan setelah menonton film ini adalah kudeta merangkak terhadap kepemimpinan Soekarno,” papar mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Tulungagung.
Selain itu, menurut mahasiswa asal Lamongan ini, ada kepentingan internasional dan perang dingin politik perebutan kekuasaan. “Berbicara tentang Supersemar sama saja berbicara rembulan yang bersembunyi di balik awan, penuh rahasia,” ujanya.
Penulis Arifah Wikansari Editor Sugeng Purwanto