Basmalah di Awal Surat Al-Fatihah Dibaca Keras atau Pelan saat Shalat? Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama; Oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA (NBM: 984477). Direktur Pusat Studi Hdits Turats Nawabi Sidoarjo.
PWMU.CO – Tanya: Dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1993, basmalah di awal surat al-Fatihah merupakan ayat nomor satu. Sedangkan dalam a-Qur’an yang diterbitkan oleh yang lain ada yang tidak menghitung atau memasukkan basmalah sebagai ayat nomor satu. Mohon penjelasan, mengapa demikian?
Jawab: Dalam hal penulisan mushaf, Muhammadiyah mengambil pedoman kepada Mushaf Ustmani. Yaitu mushaf yang ditulis kembali oleh sebuah panitia yang diketuai Zaid bin Tsabit atas perintah Khalifah Utsman bin Affan.
Dalam pelaksanaannya, ternyata Zaid hanya menulis ulang (menyalin) dari mushaf yang pernah ditulis olehnya pada masa Abu Bakar al-Shiddiq. Yakni basmalah dimasukkan sebagai ayat nomor satu.
Terkait hal ini, ditemukan beberapa hadits yang menyebutkan bahwa basmalah itu bagian dari surat al-Fatihah.
Hadits Abu Hurairah:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا قَرَأتُمُ: الْحَمْدُ للهِ، فَاقْرَءُوا: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ, وَأُمُّ الْكِتَابِ, وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إحْدَى آيَاتِهَا
Dinarasikan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Jika kalian membaca alhamdulillahi rabbil alamin, maka bacalah bismillahirrahmanirrahim. Itulah induk al-Qur’an, induk Al-Kitab dan sab’u matsani–tujuh ayat yang selalu diulang-ulang—dan basmalah adalah salah satu ayatnya. (HR Baihaqi: 2219; Daraqutni: 1/312, hadits: 36; Dailami dalam Musnad Firdaus: 1043).
Catatan
Akar masalah perselisihan ulama dalam hal ini, apakah dalam surat al-Fatihah, basmalah itu merupakan ayat terpisah sebagai pembuka surat, sebagaimana pada surat-surat yang lain atau bagian dari surat al-Fatihah itu sendiri?
Dampak dari perselisihan tersebut apakah basmalah dibaca keras (jahr) atau pelan (sirri) ketika surat al-Fatihah dibaca keras?
Bagi yang meyakini basmalah itu bagian dari surat al-Fatihah, maka ketika surat al-Fatihah dibaca jahr, basmalah pun juga dibaca jahr.
Bagi yang meyakini basmalah itu bukan bagian dari surat al-Fatihah, maka untuk membacanya dengan jahr, membutuhkan tuntunan yang spesifik?
Hadits yang dipaparkan oleh Lajnah Tarjih penulis beri catatan sebagai berikut:
Problem: Sanad haditsnya dari Ja’far bin Mukram, dari Abu Bakar al-Hanafi, dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Nuh bin Abi Bilal dari Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi dari Abu Hurairah ra.
Perawi Abu Bakar al-Hanafi berkata: Lalu aku menjumpai Nuh bin Abi Bilal, dan ia meriwayatkan hadits tersebut hanya didisbatkan kepada Abu Hurairah (maksudnya, hadits mauquf).
Abdul Humaid bin Ja’far (guru Abu Bakar al-Hanafi) perawi tsiqah telah meriwayatkannya secara marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi). Namun Sufyan al-Tsauri menilainya dhaif (lemah). Itulah sebabnya diriwayatkan Usamah bin Zaid dan Abu Bakar al-Hanafi dari Nuh dari al-Maqburi dari Abu Hurairah secara mauquf (dinisbatkan kepada sahabat).
Hadits yang shahih dan marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi) dari al-Muqburi dari Abu Hurairah adalah Nabi saw bersabda: Alhamdulillah, adalah induk Al-Qur’an, Sab’u Matsani dan Al-Qur’an yang agung. (HR Bukhari: 4427)
Dengan demikian walaupun Abdul Hamid perawi tsiqat, namun salah dalam hafalannya. Bisa jadi tambahan basmalah dalam hadits tersebut bagian dari kesalahannya.
Alhamdulillah penulis sudah menghimpun berbagai dalil dari kedua pendapat di atas yang penulis tuangkan dalam buku Hadits Basmalah.
Dalil-dalil mengeraskan basmalah sebanyak 49 (hadits dan atsar) dan dalil-dalil yang tidak mengeraskan basmalah sebanyak 24 (hadits dan atsar), lengkap dengan takhrij dan studi hadits secara dirayah dan riwayahnya.
Intinya belum ditemukan hadits yang shahih yang secara spesifik menjelaskan dengan redaksi jahara, yang ada adalah dengan redaksi qaraa. Lalu bagaimana mengkompromikan dengan hadits-hadits yang spesifik bahwa basmalah itu tidak dikeraskan? Semoga dapat dijadikan bahan diskusi lebih lanjut.
Untuk mendapatkan buku tersebut, silahkan menghubuni Nugrahini (0813-3000-4334). (*)
Editor Mohammad Nurfatoni