Lazismu Lagi Naik Daun; Oleh Dr Aji Damanuri MEI, dosen FEBI IAIN Ponorogo, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung.
PWMU.CO – Lazismu sebagai lembaga filantropi Muhammadiyah memang telah bersinar mencerahkan semesta. Kiprahnya tidak diragukan lagi baik nasional maupun internasional. Lazismu selalu hadir menebar kebaikan bagi sesama, baik menggembirakan mustahik maupun korban bencana. Sasaran perjuangannya lintas ormas, lintas negara, bahkan lintas iman.
Ada hal yang menarik terkait perhelatan transformasi kepemimpinan di Muhammadiyah. Banyak kader Lazismu yang masuk di kepemimpinan Muhammadiyah berbagai tingkatan. Prof Hilman Latief Direktur Lazismu pusat menjadi Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Zainul Muslimin yang telah membawa Lazismu Jawa Timur bertaraf nasional juga jadi Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Ternyata hal ini berlanjut pada beberapa pimpinan daerah yang juga memasukkan para penggerak Lazismu sebagai pimpinan. Misalnya, Muh Isa Ansori di Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pacitan, Yahya Asy’ari di PDM Kota Kediri, Abdul Haris di PDM Bojonegoro, Mukti Wibisono di PDM Ngawi, dan Mukti Wibowo di PDM Jember.
Lalu ada Herunanto Endroyono di PDM Malang dan Sugiran di PDM Situbondo. Bahkan di Lumajang Ketua Bandan Pengurus Djatto; Sekretaris Kamat, dan Dewan Syari’ah Yusuf Wibisono, semua masuk di jajaran PDM. Tak kalah, enam dari sembilan jajaran Lazismu masuk menjadi anggota PDM Bondowoso.
Yang terakhir Ketua BP Lazismu Kabupaten Blitar Sigit Prasetyo SE menjadi Ketua PDM Kabupaten Blitar dan Badan Pengawas Lazismu Tulungagung Arif Sudjon Pribadio. Tentu masih banyak lagi daerah lainnya. Lazismu memang lagi naik daun.
Femomena Menarik
Fenomena ini cukup menggembirakan bagi Muhammadiyah dan umat. Paling tidak ada beberapa alasan kenapa banyak aktivis Lazismu yang pada akhirnya masuk di jajaran pimpinan Muhammadiyah.
Pertama, spirit al–Ma’un tampaknya masih terus menguat di jiwa Muhammadiyah. Spirit inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Muhammadiyah di samping spirit pencerahan dari kebodohan. Muhammadiyah masih konsisten dalam kerja-kerja dan amal sosial sebagai implementasi ajaran Islam. Pada abad kedua penguatan kesalehan sosial ini ditambahkan spirit al–‘Ashr agar akselerasi amal dan nilai tetap menjadi roh gerakan Muhammadiyah.
Kedua, berkah modal sosial. Secara teknis menjadi aktivis Lazismu memdapatkan berkah modal sosial dengan banyaknya relasi yang dimiliki. Durasi dan frekuensi bertemu dengan banyak kalangan membuat para aktivis Lazismu lebih dikenali dan populer di kalangan masyarakat dibanding yang jarang keluar.
Bukankah khaira ummah itu yang memang keluar untuk manusia, ukhrijat linnas dan Lazismu telah menunjukkan itu. Bahkan boleh jadi masyarakat umum lebih mengenal Lazismu daripada Muhammadiyah sendiri, sebagaimana banyak yang lebih mengenal rumah sakit Muhammadiyah dibanding persyarikatannya sebagai pemiliknya. Namun secara personal aktivis Lazismu lebih dikenal karena peran sosialnya.
Ketiga, Islam aplikatif. Kerja-kerja nyata Lazismu sebagai bentuk aplikasi ajaran Islam dirasakan oleh masyarakat luas. Artinya, bukti nyata buah ihsan dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Para pimpinan ranting dan cabang kadang dianggap sebagai pahlawan karena ikut membagikan sumbangan dari Lazismu.
Strategi gerakan Lazismu yang rapi, modern, strategis, dan kekinian juga membanggakan bagi para donator dan muzakki, yang merasa harta yang diberikan langsung bisa dilihat manfaatnya oleh masyarakat. Karenanya, Muhammadiyah dianggap sebagai pelopor Islam aplikatif di Indonesia, salah satunya berkat kerja-kerja sosial Lazismu.
Keempat, kader teruji. Pada masa kekhalafahan Islam ada lembaga audit keuangan yang dikenal lembaga hisbah. Dar al-Hisbah adalah semacam tim inspeksi pasar dan pajak, yang mengurusi, mengaudit, dan menginspeksi keuangan publik. Para pengurus lembaga ini disebut muhtasib.
Muhtasib adalah jenjang karir menjadi seorang qadhi (hakim). Prinsip umum yang dikembangkan para ulama adalah barang siapa lulus ujian mengelola uang maka dia pasti orang yang amanah dan layak menjadi seorang qadhi karena godaan uang yang juga besar.
Begitu juga dengan Lazismu, di mana para pengurusnya berinteraksi dengan uang, maka yang selamat mengelola uang secara amanah dan transparan berarti selamat dari godaan uang. Bahkan banyak pengurus Lazismu yang tidak digaji.
Lahan Pengaderan
Lazismu juga menjadi lahan pengaderan untuk menjadi pimpinan Muhammadiyah. Bagaimana mengelola organisasi, berinteraksi dengan berbagai kalangan, mengelola keuangan dengan rapi, akuntabel, dan transparan. Tentu juga mengalami berbagai tingkat kesulitan, masalah, dan kendala dalam mengemban amanah.
Karena itulah, kehadiran para aktivis Lazismu di kepemimpinan Muhammadiyah diharapkan memberi dampak positif bagi pencapaian cita-cita Muhammadiyah memajukan Indonesia mencerahkan semesta. Kerapian sistem kerja Lazismu diharapkan berimbas pada kerapian tata laksana dan tata kerja organisasi PDM yang di beberapa tempat masih kelihatan ala kadarnya.
Masuknya para aktivis Lazismu ke pengurus Muhammadiyah juga menjadi bagian dari regenerasi Lazismu agar lebih berdaya. Internasionalisasi Lazismu bersama MDMC dan EMT mengokohkan Muhammadiyah sebagai organisasi ummat yang tidak hanya ahli retorika dalam beragama, namun menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah pengusung Islam aplikatif yang mencerahkan, yang rahmatan lil’alamin. Regenerasi Lazismu akan mengakselerasi lembaga ini menjadi Lembaga filantropi terbesar dan terbaik dunia.
Kiprah Lazismu juga mengokohkan Muhammadiyah sebagai kelompok Islam wasatiah yang moderat. Muhammadiyah menjadi pelopor moderasi beragama yang otentik, bukan paksaan secara struktural baik verbal maupun nonverbal. Kerja-kerja Lazismu yang tidak membedakan suku, golongan, ormas, bahkan agama menunjukkan bahwa moderasi beragama telah diimplementasikan dengan baik oleh Muhammadiyah.
Kita berharap kehadiran Lazismu membuat Muhammadiyah lebih berwarna, istikamah dalam jalan kemanusiaan dan terus mencerahkan bangsa dan semesta. Jika di pimpinan pusat sering dikritik Nurbani Yusuf, Wakil Ketua PDM Kota Batu, kurang berwarna karena didominasi para akademisi, maka di tingkat wilayah dan daerah lebih berwarna dan berdarah segar karena Lazismu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni