PWMU.CO– Kapitalisasi entrepreneurship Islam dikenalkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti dalam Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (25/3/2023).
Kajian Ramadhan dihadiri 1.250 peserta dari unsur PWM, majelis dan lembaga, PDM, Ortom, dosen, dan karyawan UMM.
Dia menjelaskan, Islam memiliki enam filantropi Islam yang menjadi pilar ekonomi Islam, yaitu zakat, infak, sedekah, wakaf, hadiah, dan hibah.
”Kalau keenam itu kita kelola akan menjadi kekuatan ekonomi yang luar biasa. Potensi zakat kita saja sudah berapa triliun. Infak kita itu berapa, tetapi distribusi kita pada enam aspek ini cenderung santunan dan pemberian,” katanya.
Dia menjelaskan, mustahik bisa kita berikan modal, dengan keterampilannya supaya mereka punya minimarket dari modal yang kita beri itu. ”Kita tidak perlu menebarkan tidak suka dengan minimarket di ’bulan Maret’ atau perusahaan yang ’alpa’ yang tidak pernah masuk, tetapi kita harus bikin sendiri,” selorohnya yang memancing tawa hadirin.”
Enam sumber ekonomi Islam, Abdul Mu’ti yakin kalau dikelola dengan pendekatan kapitalisasi entrepreneurship Islam bakal menjadi luar biasa untuk kemajuan umat.
Kemudian dia menguraikan tafsir surat al-Baqarah: 261
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
”Ayat ini coba pahami seperti orang berinvestasi maka dia akan mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Makna sebutir benih menjadi tujuh bulir, tiap bulir ada seratus biji itulah sebenarnya keuntungan berinvestasi,” kata Abdul Mu’ti menerangkan.
Kemudian dia mengambil contoh, kalau saja tanah wakaf itu ditanami pohon durian semua. Itu luar biasa nilai dan keuntungan yang bakal didapat.
”Apalagi kalau kita bisa mengembangkan durian yang berduri lunak. Oh itu luar biasa. Sebab durian yang ada ini tajam-tajam durinya, kalau ada durian berduri lunak pasti dicari orang. Seperti ide ayam tulang lunak itu sampai-sampai kasihan kucingnya karena tidak kebagian tulang karena dimakan semua,” seloroh Abdul Mu’ti lagi.
Peluang Bisnis
Abdul Mu’ti lantas menyampaikan orang bisnis itu tak pernah meratapi keadaan, tetapi melihat orang meratap menjadi peluang bisnis.
Dia bercerita, kampusnya dekat RS Jantung Harapan Kita. Sempat ngobrol dengan karyawannya ternyata ada jasa merias jenazah untuk mayat non muslim.
Ada juga jasa pengerahan petakziyah untuk meratapi dan menangis orang mati. Sebab di kalangan non muslim ada kepercayaan kalau mayat semakin banyak ditangisi makin cepat masuk surga.
”Di kalangan Muhammadiyah juga muncul AUM baru. Namanya Taman Husnul Khotimah. Di Jakarta ada. Anggotanya para Camat alias calon mayit yang rela iuran per bulan 15 ribu – 25 ribu mendapat layanan paket saat meninggal,” tuturnya.
Begitu dia meninggal ada paket mulai memandikan, mengafani, menshalatkan, dan memakamkan di tanah pemakaman khusus milik jamaah. ”Ini sangat luar biasa. Muhammadiyah secara diam-diam punya AUM baru yaitu pemakaman. Bisnis ini tidak terbayang sebelumnya. Umumnya kita menyiapkan perumahan untuk orang hidup, sekarang kita menyiapkan perumahan untuk orang mati. Saya kira ini menarik,” ujarnya.
Contoh peluang bisnis lagi. Ada tren orang pakai kerudung meningkat. Kerudung mulai berkembang dari memenuhi tuntunan agama, menutup aurat, menjadi gaya hidup.
”Jadi bisa dilihat, perempuan memakai kerudung bisa dilihat kelas sosial mana mereka. Termasuk dari panjang kerudungnya bisa terlihat dari aliran mana,” katanya.
Orang yang berpikir bisnis, maka semakin panjang kerudungnya, maka peluang bisnisnya makin besar. Bahkan kalau ada orang bercadar, itu peluang bisnis juga semakin terbuka, kain menutupi cadar makin banyak diperlukan. Itu kalau kita berpikir bisnis.
Bahkan bank syariah juga dimanfaatkan nasabah nonmuslin. Mereka berprinsip bagaimana uangnya tersimpan dengan aman. Bank syariah jadi pilihan.
”Haji dan umah itu kapitalisasi entrepreneurship luar biasa. Saudi Arabia yang seakan-akan berbaik hati menggratiskan visa masuk negaranya selama empat hari, padahal mereka itu sedang berbisnis. Dengan kemudian itu semakin banyak orang umrah, maka semakin banyak uang yang masuk ke negaranya,” tuturnya.
Syaratnya juga harus memaskai maskapai Saudi Air, karena maskapai ini kalah bersaing dengan penerbangan-penerbangan lain. ”Jadi kebijakan visa gratis tapi harus naik maskapai Saudi Air dengan tinggal empat hari. Ini adalah pikiran bisnis,” tandasnya.
Editor Ichwan Arif Editor Sugeng Purwanto