Jihad Ekonomi Berbasis Data dan Organisasi; Kolom oleh Prima Mari Kristanto CPA, Akuntan Publik
PWMU.CO – Pengajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur 1444 yang mengangkat tema Membangkitkan Jihad Ekonomi meneguhkan kembali cita-cita panjang yang sering timbul tenggelam. Jika Muktamar Makassar 2015 mengukuhkan ekonomi sebagai pilar ketiga, Muktamar Surakarta 2022 menampilkan beragam karya amal-amal usaha yang dipusatkan di Tjolomadoe.
Surakarta di tahun 1905 menjadi tonggak awal kebangkitan nasional sebelum gerakan Budi Utomo 1908. Sarekat Dagang Islam dibentuk oleh saudagar-saudagar Muslim Surakarta dipimpin Haji Samanhudi bertujuan membangkitkan nasionalisme umat Islam khususnya di bidang ekonomi dengan berserikat atau berorganisasi.
Dalam buku Seratus Tahun Sarekat Islam yang disusun DPW Sarekat Islam Jawa Barat disebutkan bahwa kebangkitan nasional sebagai satu kesatuan dengan kebangkitan ekonomi umat Islam yang mayoritas.
Dalam perkembangannya Sarekat Dagang Islam beralih menjadi Sarekat Islam tempat KH Ahmad Dahlan, KH Mas Mansyur, Hamka dan sebagainya bergabung untuk menempa semangat berorganisasi.
KH Ahmad Dahlan sebagai praktisi dagang bersama para pendiri Muhammadiyah belum merumuskan jihad ekonomi sebagai salah satu pilar kekuatan Persyarikatan sebagaimana Sarekat Dagang Islam dan Sarekat Islam. Namun demikian gerakan ekonomi persyarikatan dalam tataran praktik telah dijalankan oleh individu-individu kader guna mendukung dakwah Persyarikatan.
Sepertinya baru di tahun 1995 dalam Muktamar Banda Aceh disepakati berdirinya Majelis Ekonomi. Keberadaan Majelis Ekonomi sebagai bentuk kesadaran berorganisasi para pelaku usaha di kalangan kader dan warga Muhammadiyah merumuskan konsep yang lebih baik.
Selanjutnya pendirian badan-badan usaha berlabel Persyarikatan banyak bermunculan mulai dari minimarket, koperasi baitut tamwil sampai bank. Jatuh bangun mewujudkan konsep dan bentuk gerakan ekonomi Persyarikatan mewarnai perjalanannya sampai peneguhan kembali pada Muktamar Makassar 2015.
Muktamar Makassar 2015 dan Surakarta 2022 sebagai muktamar yang berkesinambungan dalam menggagas ekonomi Persyarikatan.
Dari UMM
Kegiatan Pengajian PWM Jatim di UMM yang kembali mengangkat tema ekonomi Persyarikatan sepertinya akan segera menghasilkan langkah konkret. Keberadaan UMM yang sukses mengembangkan beragam usaha bisa menjadi motivasi dan kawah candradimuka.
Bagaimana UMM bisa sukses mengembangkan usaha? Hal ini yang perlu dibedah untuk bisa dikloning dan di-ATM-i (diamati, ditiru, dimodifikasi) oleh amal-amal usaha Muhammadiyah lainnya.
Dari UMM bisa belajar pentingnya menguatkan kompetensi inti sebelum merambah bidang usaha lain. Muhammadiyah kuat pada kompetensi inti bidang pendidikan dan kesehatan. UMM menjadikan kompetensi intinya di bidang pendidikan untuk masuk beragam usaha di luar pendidikan sebagai penunjang, bukan penyimpang.
Keberadaan mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus yang menjadi daya tarik menjadi pasar dalam mengembangkan usaha di luar bidang pendidikan. Amal-amal usaha pendidikan dan kesehatan yang kuat secara pasar dan keuangan bisa menjadi jangkar dalam pengembangan usaha lain sebagai penunjang.
Amal-amal usaha pendidikan dan kesehatan yang besar sudah waktunya diwajibkan membuat laporan keuangan standar sebagai sumber informasi putaran uang di dalamnya.
Data keuangan amal-amal usaha yang sesuai standar akuntansi apalagi teraudit bisa menjadi sumber data yang terpercaya.
Keterbukaan informasi amal-amal usaha memudahkan sinergi membangun organisasi ekonomi bersama. Perguruan tinggi bisa menjadi sumber tenaga ahli dalam tata kelola amal-amal usaha menuju good corporate governance (tata kelola yang baik). Keterbukaan informasi antar amal-amal usaha selain memudahkan kerjas ama juga memudahkan penyelesaian potensi masalah yang ada.
Sudah waktunya memulai budaya tata kelola amal usaha yang transparan sebagai bagian dari jihad ekonomi berbasis data valid. Semangat Ramadhan 1444 dari UMM mewujudkan “UMM-UMM” lain di daerah-daerah, cabang, ranting yang sukses membangun usaha di luar kompetensi inti dengan basis data akurat, valid. Wallahualambishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni