Jihad Ekonomi: Korporasi Ritel Muhammadiyah oleh Bahrus Surur-Iyunk, Wakil Ketua PDM Sumenep, pelaku bisnis retail grosir dan eceran.
PWMU.CO– Muhammadiyah adalah organisasi sosial kemasyarakatan Islam yang besar. Bukan hanya berskala nasional, tetapi sudah mengglobal. Muhammadiyah sudah sukses di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Program yang terus diikhtiarkan sekarang adalah bidang ekonomi. Ada banyak peluang ekonomi bisnis yang bisa dikembangkan oleh Muhammadiyah. Tetapi belum bisa menundukkan tantangan yang muncul. Mulai dari sumber daya manusia yang kurang perpengalaman, hingga persoalan dana dan manajemen.
Dulu pernah berdiri Bank Persyarikatan. Runtuh menghadapi likuidasi. Upaya membangun bisnis retail kebutuhan pokok masih terseok-seok. Dulu PWM Jatim pernah merintis Surya Mart. Kemudian diikuti oleh beberapa daerah, termasuk di Sumenep. Akhirnya bubar. Kecuali di Ponorogo yang terus berkembang.
Kini bikin baru lagi Logmart. Keinginan merambah ke daerah-daerah menjadi jaringan besar ritel masih dibayangi kegagalan Suryamart. Begitu pula SM Corner yang khusus menjual merchandise Muhammadiyah.
Bandingkan dengan minimarket Basmalah milik Ponpes Sidogiri Pasuruan yang terus berkembang di banyak kota di Jawa Timur. Di Sumenep, minimarket ini sama mapannya dengan Indomaret dan Alfamart.
Empat Problem
Kajian Ramadhan 1444 H tahun ini PWM (Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah) Jatim mengambil tema Jihad Ekonomi. Acara ini menjadi gong untuk menggemakan lagi cita-cita memajukan bisnis persyarikatan.
Kalau dievaluasi, minimarket Suryamart ada problem yang muncul di lapangan. Pertama, harga kurang bersaing dengan mart-mart yang lain. Sebab kulakan barang dari toko grosir tangan kedua. Pengambilan barang juga kecil, sehingga persentase potongan harga pun kecil.
Soal jual beli masyarakat masih tertarik dengan harga murah walaupun selisih seratus rupiah tetap didatangi. Walaupun uang kembalian diganti permen tetap terkesan harga murah. Sikap ini termasuk pada warga Muhammadiyah.
Motivasi untuk membesarkan amal usaha ekonomi Muhammadiyah kadang masih pikir-pikir dengan prinsip ekonomi. Kalau di toko lain lebih murah kenapa dipaksa membeli di toko sendiri.
Namun kalau punya kegiatan, mereka datang minta sumbangan ke minimarket Muhammadiyah. Tidak datang ke minimarket sebelah. Kalau tidak diberi ngomel-ngomel menuding amal usaha tidak mendukung dakwah Muhammadiyah.
Untuk mengatasi daya saing harga ini perlu dipikirkan membangun korporasi ritel. Kerja sama dengan produsen. Mendirikan gudang bersama untuk memasok seluruh kebutuhan ritel di daerah.
Gudang bersama ini memungkinkan pembelian dalam jumlah besar sehingga mendapat diskon harga besar pula.
Kedua, Surya Mart barangnya kurang lengkap. Tidak bisa one stop shopping. Logmart yang hadir belakangan mulai menawarkan kelengkapan ini, meski harus banyak belajar ke Indomaret dan Alfamart.
Ketiga, modal kecil. Belum ada yang berani main dana besar. Apalagi di awal usaha harus bakar uang untuk promosi seperti dilakukan retail star up di bisnis online. Pembagian keuntungan belum menarik.
Keempat, di era digital seperti ini, pelayanan sangat ditekankan. Salah satu sisi pelayanan yang penting adalah harga murah.
Dalam dunia bisnis, jatuh bangun, rugi untung itu biasa. Itu menjadi pengalaman berharga untuk menuju kesuksesan. Semangat jihad ekonomi terus ditumbuhkan hingga terbentuk korporasi besar yang membanggakan.
Editor Sugeng Purwanto