PWMU.CO – Maju mundurnya umat Islam terletak pada tauhidnya. Karena itu masalah tauhid merupakan masalah yang sangat penting bagi umat Islam. Dalam Muhammadiyah konsep spiritual sama dengan konsep mencintai Allah SWT .Maka tidak heran pada awal berdirinya dakwah Muhammadiyah menekankan pada tauhid, agar warganya tidak terjerumus pada syirik.
Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Drs HM Najih Ihsan MAg menyampaikan hal itu pada Pengajian Jumat Wage di TPA Al Hikmah milik Pimpinan Ranting Muhammadiyah Babat Tengah, (14/4).
(Baca: Di Pengajian Jumat Kliwon, Kyai Muhammadiyah Babat Ini Sampaikan Kegembiraan sekaligus Kesedihannya)
Pada pengajian bulanan yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PCM Babat ini, Najih membahas tentang ilmu nujum (astrologi) yang dapat mengarah pada perbuatan syirk. Menurutnya, bahwa bintang-bintang diciptakan Allah dengan beberapa hikmah antara lain petunjuk arah dalam kegelapan malam seperti dalam surat Al-Anam ayat 97, “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Bintang, kata Najih, juga diciptakan untuk hiasan langit, sekaligus alat pelempar setan yang berusaha mencuri berita langit, sebagaimana dalam surat Almulk ayat 5, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, serta Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”
(Baca juga: Pesan Kyai Mansur Ponpes Roudlotul Ilmiyah: Ikhtiar Pengobatan Tak Boleh Hilangkan Tawakal)
Menurutnya, ilmu nujum itu ada dua macam. Pertama adalah Ilmu At-Ta’tsir. Bagian ini juga dibagi tiga. Yaitu meyakini bintang sebagai pencipta kejadian, kebaikan, dan keburukan. Bintang yang bisa mendatangkan kebahagiaan dan kesengsaraan. “Keyakinan semacam ini termasuk syirik akbar (besar) yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Karena dia meyakini adanya pencipta selain Allah SWT,” jelas Najih.
Bagian kedua Ilmu At-Ta’sir adalah menjadikan bintang sebagai alat untuk menerka ilmu ghaib seperti menentukan nasib seseorang, rezeki, dan jodohnya. Najih menjelaskan, keyakinan semacam ini termasuk kekufuran, karena menganggap dirinya mengetahui hal ghaib. “Padahal yang mengertahui perkara ghaib hanya Allah SWT,” ujarnya.
(Baca juga: Firaun adalah Contoh Penguasa yang Merasa Selalu Benar, Jika Salah pun Dilimpahkan pada Orang Lain)
Bagian ketiga adalah meyakini bintang sebagai sebab. Artinya menisbatkan (menyandarkan) kebaikan atau keburukan yang telah terjadi pada gerakan bintang. “Keyakinan semacam ini termasuk syirik asghar (kecil). Jenis ilmu nujum inilah yang dimaksud oleh salafus shalih di dalam larangan mereka,” urai Najih.
Najih melanjutkan, adapun jenis kedua dalam ilmu nujum adalah Ilmu At-Tasyir. “Ilmu ini terbagi menjadi dua, pertama memelajari peredaran bintang untuk maslahat agama, seperti menentukan arah kiblat dalam shalat. Ilmu semacam ini boleh dipelajari bahkan terkadang harus dipelajari,” ujarnya.
(Baca juga: Jauhi Bicara Khilafiyah, Mari Bersatu Selamatkan Negeri, Pesan KH Dawam Sholeh pada Warga Muhammadiyah Babat)
Najih mengatakan, Allah mengabarkan bahwa bintang-bintang merupakan petunjuk untuk mengetahui waktu dan arah jalan. “Kalau seandainya bintang-bintang itu tidak ada tentu orang yang berada jauh dari Kakbah tidak dapat mengetahui arah kiblat,” jelasnya.
Bagian kedua dari Ilmu At-Tasyir adalah memelajari peredaran bintang-bintang untuk maslahah (manfaat) kehidupan dunia seperti untuk menentukan arah. “Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab bahwa beliau berkata, ‘Pelajarilah ilmu falak sekadar untuk mengetahui arah kiblat dan arah jalan. Tahanlah dirimu dari perkara selain itu.’,” ungkapnya.
Hadir dalam pengajian ini Pimpinan Ranting Muhammadiyah se-Cabang Babat dan pimpinan amal usaha Muhammadiyah. Dari PCM Babat nampak Drs H Abdul Ghafar MM, H Munashir, Amrozi Mufida, Zuhdi Harianto SPd. (Hilman Sueb)