Berorientasi ke Depan, Sekolah Muhammadiyah Jadi Model, liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Fiska Puspa Dwi Arinda
PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Khozin MSi menyampaikan materi Peranan Muhammadiyah dalam Mengembangkan Pendidikan Nasional pada Pengajian Ramadhan, Sabtu (1/4/2023).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, dia menjelaskan, pertama pendidikan Muhammadiyah dari prespektif sejarah.
“Jika dilihat dari perspektif sejarah pendidikan Muhammadiyah berkembang dari bawah. Itu sungguh dan berkembang atas inisiatif masyarakat dari tokoh-tokoh persyarikatan,” tutur Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Dia mengutip quote di Nurcholis Madjid, jika sekolah Muhammadiyah ingin maju, maka orang-orang Muhammadiyah harus menyekolahkan putra-putrinya di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
“Dari kutipan tersebut, maka bapak dan ibu guru pimpinan Persyarakatan yang ada di sini harus memulai, putra-putrinya harus sekolah di Perguruan Muhammadiyah, tidak ke mana-mana,” tegasnya di hadapan peserta di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Pendidikan Model
Khozin menjelaskan hal kedua yaitu pendidikan Muhammadiyah secara historis. Muhammadiyah adalah pendidikan model dan pendidikan alternatif yang unggul. Hal ini sudah didesain Kiai Ahmad Dahlan ketika menggagas pendidikan Muhammadiyah.
“Arus utama pendidikan yang ada saat itu memang berbeda di mana pendidikan pesantren orientasi akhirat, sedangkan pemerintah kolonial orientasinya dunia,” jelasnya.
Dia memaparkan, Kiai Ahmad Dahlan pada saat itu menawarkan model baru yaitu sekolah outstanding yang awalnya tidak ada jadi benar-benar baru dan kalau sama dengan yang ada tidak akan dinikmati masyarakat.
“Kalau sekolah Muhammadiyah menjiplak desain kurikulum pemerintah pasti gagal berkembang karena kurikulum didesain standar minimal yang perlu dikembangkan lagi,” tuturnya.
Meskipun sama-sama sekolah Muhammadiyah mestinya harus berbeda. Sekolah di sini harus berbeda dengan sekolah Muhammadiyah yang lain dalam segi program harus berbeda gagasan ide baru yang ditawarkan sekolah.
“Jadi bapak ibu guru jika berkiblat pada sejarah sekolah model, saya harap di wilayah Gresik harus getok tular menjadi pendidikan model. Tawarkan program-program baru, tidak harus sekolah enam hari bisa juga dua hari,” pungkasnya.
“Inti sekolah niku nopo bapak ibu guru?” tanyanya kepada peserta kajian.
Inti sekolah itu, lanjutnya, belajar dan inti belajar adalah membaca dengan kritis mempertanyakan apa yang sudah dibaca.
Orientasi ke Depan
Ketiga, orientasi ke depan. Jadi pendidikan Muhammadiyah itu berorientasi ke depan. Tanpa mempersiapkan anak-anak kita ilmu dasar, maka ketika lulus kuliah pasti kaget karena dunia berubah sangat cepat.
Dia menyampaikan, pendidikan harus mengacu pada masa depan. Bagaimana cara merancangnya? Itu tanggung jawab pimpinan sekolah bersama tim untuk merumuskan apa yang diperlukan sikap dan karakter jiwa yang diperlukan anak di masa depan.
“Tujuan pendidikan Muhammadiyah dengan tujuan pendidikan nasional memiliki dua perbedaan yaitu di kemajuan dan unggul (beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berkemajuan, unggul, demokratis, dan bertanggung jawab).
12 item tersebut, tekannya, harus menjadi tanggung jawab bapak dan ibu guru di semua jenjang untuk menanamkan nilai-nilai itu. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.