Nasyiah Wringinanom Berbagi Takjil dengan Seragam Baru; Liputan Kusmiani
PWMU.CO – Berbagi takjil dengan seragam batik Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) baru khas Gresik. Itulah yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiah (PCNA) Wringinanom Gresik Jawa Timur, Ahad (2/3/2023).
Sebanyak 400 paket takjil yang berisikan air mineral kemasan botol, susu kotak, roti, dan pisang yang senilai Rp 7.500 ini bagikan oleh anggota Nasyiah yang berasal dari lima Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiah (PRNA), yaitu Lebanisuko, Panggang, Wringinanom, Sumengko, dan Sumbersuko.
Enam personil Komandan Kesiap-siagaan Pemuda Muhammadiyah (Kokam) yang dipimpin Arkanuddin ikut mengawal kegiatan yang dilaksanakan di Jalan Raya Sumengko Utara Wringinanom Gresik. Tujuannya: supaya lalu lintas tetap berjalan lancar dan tertib.
Tepat pukul setengah empat sore anggota berada di titik kumpul depan Mushallah Asy Syafii PRNA Lebanisuko guna menyiapkan peralatan dan mengikuti briefing anggota lalu berangkat ke lokasi secara bersama-sama.
Ketua Panitia Asti mengatakan dana kegiatan ini berasal dari iuran anggota, pengajuan proposal ke masjid, organisasi otonom (ortom), amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang berada di Cabang Wringinanom.
“Alhamdulillah, kita bisa melakukan kegiatan rutin tiap tahunnya. Karena PCNA Wringinanom sudah punya kegiatan yang bernama Berbagi bersama Nasyiah (Berbena). Jadi tidaklah sulit untuk mengumpulkan dana dan mengompakkan anggota,” tandasnya.
Ucapan terima kasih ia sampaikan kepada donatur yang ikut serta dalam kegiatan melalui grup WhatsApp dan media sosial lainnya. “Semoga berkah dan selalu istikamah, sehingga syiar Nasyiah semakin dikenal dalam kebaikan,” pesannya.
Buka Bersama
Setelah kurang lebih satu setengah jam, anggota menuju rumah Anik Purwaningsih, Sekretaris PRNA Sumengko, guna melaksanakan kegiatan selanjutnya yaitu buka bersama.
Sambil menunggu waktu buka, Heri Siswanto SHI menyampaikan sambutan motivasi kepada anggota Nasyiah.
Wakil Ketua Bidang Dakwah Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) ini menjabarkan karakter orang yang bertakwa atau dalam al-Quran disebut muttakin.
Pertama, yaitu selalu bersabar, pemaaf, dan tidak mudah marah. “Risiko orang yang bersosial, adakalanya bersinggungan, beda pendapat, dan bertabrakan. Maka jadilah pribadi yang suka memaafkan,” ujarnya.
Ia mengutip al-Quran surat Ali Imran ayat 200 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga. Dan bertakwalah kepada Allah agar kami beruntung”
Heri mengatakan jika seandainya terjadi pertengkaran, maka cara untuk berdamai adalah ber-tabayyun atau klarifikasi.
“Saya yakin panitia kegiatan ini pasti ada sedikit beda pendapat, jangan jadikan perbedaan itu menjadi kehancuran tim, tetapi jadikan sebagai introspeksi diri,” ungkap Ketua Dikdasmen PCPM Wringinanom itu.
Kedua, sambungnya, suka berbuat baik. Orang bertakwa menjadi penghuni surga karena selama hidup di dunia selalu berbuat kebaikan. Dan bermanfaat bagi orang lain.
Ia menyitir al-Quran surat az-Zariyat ayat 16: “Mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik.”
Pesan Kebaikan
Ia berpesan kegiatan rutin ini jangan sampai berhenti di sini, meskipun nantinya ada pergantian pimpinan. “Syukur kalau bisa dilakukan tidak hanya sekali pada bulan Ramadhan, karena ini termasuk sunnah hasanah,” pintanya.
Ia mencontohkan kegiatan bagi takjil ini merupakan salah satu amalan memberikan makanan bagi orang yang berbuka puasa. “Karena memberikan makan bagi orang yang berpuasa merupakan pahala yang besar,” ucapnya dilanjutkan dengan membacakan sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa memberikan makanan bagi orang yang berbuka puasa, maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala yang berpuasa itu sedikit pun.”
Terakhir ia menegaskan untuk selalu menjaga kekompakan anggota dan terus menggandeng kader-kader baru. “Karena ibu muda tidak selamanya di Nasyiah, harus pindah ke jenjang berikutnya yaitu Aisyiyah, karena merawat kader itu lebih sulit daripada mencari kader baru,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni