Peredaran Narkoba Merupakan Senjata dalam Proxy War, Penulis Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muchamad Arifin MAg menyampaikan Pengajian Ahad Pagi yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ngawi, Ahad (2/3/2023).
Kajian ini diikuti oleh seluruh ranting dan cabang serta jajaran AUM, majelis dan lembaga PDM se-Kabupaten Ngawi di Gedung KBIH Surya Mabrur.
Arifin mengawali kajiannya dengan mengajak jamaah bersyukur, sebab kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang bersyukur.
“Bersyukur merupakan perintah Allah, sebagaimana terdapat dalam Qur’an Surat an-Nahl ayat 78,”
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
‘Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.’
“Alasan apa kita tidak bersyukur kepada Allah? kita ini diciptakan oleh Allah dari dzat yang tidak berguna, tapi kemudian kita dijadikan makhluk yang terbaik dari makhluk yang lain,” ucapnya.
Arifin menjelaskan hikmah mengapa Allah menyebut tiga indra itu ialah karena ketiga itulah yang akan membentuk gaya hidup dan tingkah laku manusia.
Arifin lantas menegaskan bahwa hidup manusia sangat singkat dan hendaknya digunakan dengan baik.
“Meskipun hanya perjalanan pendek itu menentukan apakah kita akan masuk surga Allah atau neraka-Nya. Tergantung bagaimana kita mengisi hidup itu. Di situlah nilai hidup kita,” terangnya.
Oleh karena itu Arifin menekankan agar kehidupan diisi dengan ketaatan kepada Allah dan berusaha menjadi manusia yang terbaik.
“Manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama. Jangan sampai menjadi benalu,” ucapnya.
Arifin lantas memaparkan bagaimana cara menjadi manusia terbaik, yaitu selain berusaha memberikan manfaat juga pandai memaksimalkan kebermanfaatan.
“Sekarang kita di dunia virtual, semuanya dikendalikan oleh gadget. Dan zamannya serba terbuka. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik itu menjadi bahaya,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa teknologi informasi memiliki dampak negatif, di antaranya maraknya judi online dan pornografi.
“Banyak yang akhirnya menjadi pencuri, penjambret, karena kecanduan judi online,” tuturnya.
Proxy War
Arifin juga mengingatkan saat ini telah terjadi perang modern yang disebut dengan proxy war yang dilakukan dengan menebar isu untuk pemecah belah umat Islam.
“Perang saat ini adalah dengan isu dan dengan narkoba. Isu dijadikan senjata strategis untuk memecah belah umat,” terangnya.
Ia mencontohkan pelemparan isu misalnya ada sebuah pondok tahfidh yang pernah ia kunjungi di Malang yang relatif baru dengan perkembangan pesat. Namun di saat yang sama ada pondok tahfidh yang tidak berkembang sehingga timbul rasa iri dan akhirnya disebar isu bahwa pondok tersebut radikal.
“Intoleran sesungguhnya adalah penyakit hati yang dilarang oleh Islam. Di mana-mana ketika ada mayoritas agama, maka muncul isu teroris. Di Indonesia karena Islam agama mayoritas, maka ketika ada isu teroris sering kali ditujukan pada Islam,” jelasnya.
Arifin lantas menjelaskan bahwa motif para pelaku teroris sering kali karena iming-iming kebahagiaan hidup di akhirat serta memahami arti jihad yang kurang tepat.
“Kadang-kadang mereka berpikirnya itu pendek. Mereka ketika ditanya kenapa melakukan aksis teror, bom bunuh diri, itu karena berpikir bahwa setelah mereka melakukan bom bunuh diri maka mereka akan masuk surga, bahkan akan bertemu dengan bidadari,”
Hal ini menurut Arifin berbeda dengan cara memahami arti jihad menurut Muhammadiyah.
“Jadi kadang-kadang memahami jihad seperti itu. Berbeda dengan Muhammadiyah. Jihad itu diwujudkan dengan membangun sekolah, membangun panti asuhan, mendirikan lembaga-lembaga,” terangnya.
Terakhir, Arifin mengajak agar umat Islam waspada terhadap peredaran narkoba yang merupakan senjata dalam proxy war.
“Indonesia darurat narkoba. Sekarang muncul berbagai jenis narkoba jenis baru. Narkoba sekarang sudah banyak yang berbentuk cair. Bahkan ada yang jenis serbuk berupa minuman segar. Oleh karena itu jangan sampai anak-anak kita menjadi sasaran narkoba,” tandasnya.
Editor Mohammad Nurfatoni