Ketua PWA Jatim Menangis saat Menyampaikan Hadits Ini; Penulis: Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Rukmini Amar MAP menyampaikan kajian iftitah dalam Safari Ramadhan PWA Jawa Timur yang diselenggarakan secara daring, Sabtu (7/4/2023).
Sebelum menyampaikan kajiannya, Rukmini meneruskan pesan dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah agar pimpinan di ‘Asiyiyah tidak melakukan rangkap jabatan.
“Pimpinan Pusat tampaknya berharap sekali tentang persoalan rangkap jabatan. Karena Jawa Timur itu dipandang kadernya banyak. Insyaallah di Jawa Timur sudah mulai,” katanya.
Menurutnya, hal itu terbukti dari Musyawarah Wilayah (Musywil) dengan tidak adanya di daerah mengatakan tidak adanya kader.
“Maka itulah muncul ada madrasah perempuan, sampai punya inisiatif tarbiyatul mar’ah ‘Aisyiyah,” ucapnya.
Rukmini lantas mengawali kajiannya dengan memaparkan kandungan makna an-Nisa’ ayat 41.
فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًاۗ
“‘”Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka.”
“Ini yang perlu kita garisbawahi, apa tidak kasihan ketika nanti Rasulullah sedih, tentang keadaan umatnya, apalagi komunitas yang menamai dirinya Muhamamdiyah, yang ingin mengikuti Nabi Muhammad,” terangnya.
Maka menurutnya kesaksian Rasulullah terhadap umatnya pada ayat tersebut dikuatkan di Surat al-Baqarah ayat 143.
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ‘umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”
“Sehingga tugas risalah yang harus kita lanjutkan adalah kepada kita, yang pertama ‘Aisyiyah sebagai istri Rasulullah yaitu ‘Aisyiyah RA, yang bergerak dalam bidang keilmuan, sosial dan kemasyarakatan,” terangnya.
Hadits yang Bikin Nangis
Ia lantas menjelaskan sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud yang berkaitan dengan an-Nisa’ ayat 41.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اقْرَأْ عَلَيَّ»، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، آقْرَأُ عَلَيْكَ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ، قَالَ: «نَعَمْ» فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الآيَةِ: {فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ، وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا} [النساء: 41]، قَالَ: «حَسْبُكَ الآنَ» فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ، فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
“Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku: ‘Bacakanlah al-Qur`an untukku.’ Maka aku pun berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacanya untuk Anda, padahal kepada Andalah al-Qur’an diturunkan?’
Beliau menjawab: ‘Ya.’ Lalu aku pun membacakan surat an-Nisa, hingga aku sampai pada ayat: [Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu kami mendatangkanmu sebagai saksi atas mereka} (an-Nisaa’: 41). Maka beliau pun bersabda padaku: ‘Cukuplah.’ Lalu aku menoleh ke arah beliau dan ternyata kedua matanya meneteskan air.” (HR Bukhari)
Sambil meneteskan air mata, Rukmini menjelaskan hadis tersebut. Dia ikut merasakan iba dengan apa yang ditangisi Rasulullah SAW ketika nanti memberikan kesaksian tentang keadaan ummatnya yang berislam namun tidak ittiba’ kepada Rasulullah yang barang tentu Radulullah tidak bisa membelanya sebagai ummatan wasathan yang terpilih perlu syuhada’a linnas, persaksikan untuk mengikuti sunnah Rasulullah
“Maka budaya tadarus itu penting, supaya ada yang mendengarkan, menyimak, kalau salah ada yang mengingatkan,” ucapnya.
Terkait surat An-Nisa’ ini, Rukmini menjelaskan surat ini diawali dengan penjelasan masalah kasih sayang.
“Pemicu putusnya kasih sayang, bisa karena pernikahan anak. Yang dulunya anak sayang kepada orang tuanya, tapi setelah menikah bingung mau memilih pasangan atau orang tua. Nah mubalighat harus melihat bagaimana cara menyelesaikan ini,” ucapnya.
Pemicu kedua putusnya kasih sayang menurutnya adalah masalah hak waris.
“Apakah warga Aisyiyah itu sudah menerapkan harta waris yang diatur dalam Islam?” tanyanya.
Kritik Jumat Berkah
Rukmini melanjutkan bahwa surat an-Nisa ayat 41 juga terkait dengan an-Nisa’ ayat 37
ۨالَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًاۚ
“(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.’
Menurut Rukmini, sifat kikir tidak pantas dimiliki oleh warga ‘Aisyiyah. Sebaliknya warga ‘Aisyiyah harus memiliki sifat dermawan. Ia mencontohkan ketika mendapat tugas dari ‘Aisyiyah hendaknya tidak menuntut untuk diberi sangu.
Ia juga mengingatkan terkait program Jumat berkah yang sering dilakukan banyak orang yang menurutnya kurang tepat sasaran.
“Dari pada Jumat berkah yang sering kali tidak tepat sasaran, mending diberikan kepada fakir miskin dalam bentuk beras. Nasi bungkus yang harga 10 ribu, itu kalau dibelikan beras bisa untuk makan sekeluarga,” katanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni