Penjual lombok dan makelar motor dibahas Kajian Ramadhan PCM Sidoarjo; Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Ramadhan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo mendatangkan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Prof Dr A Dzo’ul Milal MPd, Jumat (7/4/23).
Mengangkat tema “Revitalisasi PRM dalam Mewujudkan Pencerahan Semesta”, Prof Milal, sapaannya, menyampaikan, ujung tombak Muhammadiyah ada di ranting.
“Yang paling penting di Muhammadiyah ada di ranting dan menjadi ujung tombak. Jika Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) kita kuat, maka PCM akan kuat. Begitu juga seterusnya, jika PCM-PCM kita kuat maka PDM juga akan kuat,” jelasnya.
Untuk itu, lanjut dia, ranting perlu punya data base yang jelas dan rinci. Misalnya satu ranting berapa anggota, berapa yang kaya, berapa miskin, karena itu nanti berkaitan dengan Lazismu. “Termasuk adanya mapping agar nanti data akurat terkait informasi masjid dan mushalla,” ungkapnya.
Semua majelis, menurut Prof Milal, wajib menyiapkan kader dan profesional. Seperti majelis tabligh tidak hanya berpidato. Termasuk tarjih juga membuat program mengader ahli tafsir, dll.
“Kita juga ingin melahirkan anak-anak Muhammadiyah yang pinter ngaji, qiraah, bahasa Inggris. Perkaderan bisa melalui formal seperti Baitul Arqam. Atau yang informal seperti ada tarikan iuran RT agar dilibatkan, atau menyiapkan peralatan kegiatan dsb,” ulasnya.
Muhammadiyah yang Berkarakter
Prof Milal mengatakan, menjadi warga Muhamamdiyah harus punya karakter nyah-nyoh, dermawan, tidak nggegem, kikir, dan bakhil. “Muhammadiyah juga harus bisa bekerja sama dengan siapa pun. Agar menjadi warga Muhammadiyah yang berkarakter,” tuturnya.
Dalam kehidupan ini, sambungnya, ada bentuk dan makna atau fungsi. Ada cashing dan isi. “Hidup itu cashing, maka bisa kita raba, dengar, dan isinya adalah ibadah. “Wama khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun,” kata dia menyitir al-Quran Surat az-Zariyat: 56.
Menurutnya, dunia ini cashing, lalu isinya adalah akhirat. Keduanya tidak dapat kita pisahkan. “Termasuk puasa, luarannya tidak makan, tidak minum. Isinya adalah iman dan mengharap pahala dari Allah,” paparnya.
Iman itu, lanjut dia, percaya kalau perintah dari Allah. Wahtisaban bahwa yang dilakukan itu untuk mendapat Ridha Allah. Imanan wahtisaban juga berlaku ketika selesai Ramadhan. “Maka apapun yang kita lakukan semuanya karena Rahmat Allah. Laa Haula wa la quwwata illa billah,” pesannya.
Prof Milal menyampaikan, jika mengaji al-Quran tidak hanya dibunyikan, tapi juga tahu arti dan maknanya. Lebih tinggi lagi adalah mengamalkan. Al-Quran itu adalah guide book, hudanlinas, petunjuk bagi manusia. “Kita juga sebagai khalifah, yakni menyejahterakan muka bumi. Termasuk Muhammadiyah yang ingin mewujudkan masyarakatkan Islam sebaik-baiknya,” ungkapnya.
Saat ini, kata dia, kita lebih sering terjebak pada hal-hal yang bersifat material. Maka saat bulan Ramadhan, nafsu hawayyan ditekan, spiritual ditingkatkan. “Spiritual kita adalah imanan wahtisaban,” jelasnya.
Penjual Lombok dan Makelar Motor
Prof Milal kemudian menanggapi fenomena sekularisme yang memisahkan antara dunia dan akhirat. Padahal, menurutnya, dalam Islam semua hanya satu pandangan, alias tidak dipisahkan.
“Seperti orang yang jualan lombok itu, kira-kira dunia atau akhirat. Lho dari mana akhiratnya? Misalnya kalau Panjenengan jualan lombok, cabe, lalu diganjel timbangannya maka kita dicatat oleh Allah kalau kita berbuat curang,” ungkapnya.
Termasuk juga, kata dia, para makelar motor. Itu juga ada urusan ukhrawi. Makelar motor menawarkan motor 8 juta. Kemudian ada yang menawar 7,5 juta. “Lalu makelarnya bilang, ini tadi ada yang nawar 8,7 tidak saya lepas. Padahal itu tidak demikian. Maka tidak boleh kita berbohong. Karena semuanya nanti ada catatan dari Allah di akhirat,” terangnya.
Juga saat ikut pengajian sore ini, niat kita untuk apa. “Agar dilihat ketua PCM Bapak Itqon Marsudi atau lainnya. Maka puasa itu latihan ikhlas seikhla-ikhlasnya,” kata dia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.