Rektor Unmuh yang Fasih Pimpin Tahlilan

Rektor Unmuh
Rektor Unmuh Surakarta Prof Dr Sofyan Anif. (Isa/PWMU.CO)

PWMU.CO– Rektor Unmuh yang fasih pimpin tahlil adalah Prof Dr Sufyan Anif.  Hal itu dia ungkapkan saat mengisi Kajian Ramadhan di Institut Studi Islam Muhammadiyah (ISIMU) Pacitan, Jumat (7/4/2023).

Prof Dr Sufyan Anif sekarang menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Ketika mengawali paparannya dia menceritakan masa kecilnya yang biasa menempuh mengaji di pondok-pondok salaf.

“Saya masih fasih kalau diminta mimpin tahlilan,” ujarnya yang disambut tawa jamaah. Kajian ini bertempat di Masjid Muhammadiyah kampus baru ISIMU Desa Sedeng, Kecamatan Pacitan.

Sofyan Anif menyampaikan, dia merasa beruntung bisa mengaji dan memahami kitab-kitab kuning. “Semua itu menjadi bekal saya saat ini dalam menjalankan aktivitas di Persyarikatan Muhammadiyah,” tambah Rektor Unmuh ini.

Mengutip surat ad-Dzariat: 56, Rektor UMS ini menjelaskan tentang esensi penciptaan jin dan manusia. “Tujuan kita diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepada Allah swt,” jelasnya.

Termasuk ketika manusia diberikan bulan ramadhan, dengan kesempatan beribadah yang sangat luas, dengan tujuan menjadikan manusia bertakwa. “Ramadhan selain bulan yang agung, juga disebut syahrut-tarbiyah atau bulan pendidikan, yakni mendidik untuk bertakwa,” jelas Sufyan Anif.

“Ciri orang yang bertakwa adalah orang yang mau bersedekah dalam keadaan sempit maupun lapang,” jelasnya sambil mengutip surat Ali Imran:134.

Kemauan untuk berinfak ini dikembangkan dalam konsep taawun antar warga maupun antar lembaga yang ada di Muhammadiyah. Termasuk UMS bersama Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang lain, saat ini juga sedang melakukan taawun untuk ISIMU Pacitan.

Ramadhan sebagai Kekasih

Sofyan Anif menganalogikan Ramadhan sebagai kekasih. jika sudah berpisah dengan kekasihnya selama 11 bulan, mestinya senang saat berjumpa kembali. “Tetapi kadang begitu masuk bulan Ramadhan malah ngersulo,” ungkapnya dalam bahasa Jawa.

Dia mengemukakan ada orang yang kemudian merasa berat, mengeluh (ngersulo) menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. “Padahal mestinya mereka sangat bahagia bertemu kembali dengan kekasih Ramadhannya itu,” tambahnya.

Kerinduan itu tergambar dalam doa akhir Ramadhan yang mengharapkan bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang seperti halnya merindukan kekasih yang lama tidak bertemu.

Peserta kajian selain mahasiswa ISIMU juga berasal dari warga dan pimpinan Muhammadiyah Pacitan.

Sebelumnya Ketua PDM Pacitan, Suprayitno Akhmad, mengatakan, Masjid Muhammadiyah ini pembangunannya belum selesai. Progresnya baru 60 persen.

Masjid ini bantuan dari donatur Timur Tengah senilai Rp 1,5 miliar masih proses pembangunan.  “Kalau sampai selesai perkiraan panitia pembangunan bisa habis sekitar 3 milyar,” tambah Suprayitno.

Dia berharap bantuan dari berbagai fihak, agar masjid pertama di Kecamatan Kota Pacitan ini bisa selesai dan menjadi kebanggaan warga Muhammadiyah.

Penulis Muh. Isa Anshori  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version