Pada bagian lain, manusia (kita semuanya ini) diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi ini. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Imam al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi menjelaskan ayat ini bahwa pengertian khalifah juga mencakup seluruh manusia yang berciri mempunyai kemampuan berfikir yang luar biasa. Ringkasnya, manusia mempunyai kemampuan akal, ilmu pengetahuan dan daya tangkap mereka belum bisa diketahui secara jelas sampai sejauh mana kemampuan yang sesungguhnya.
(Baca juga: Terapkan Konsep Lingkungan Hidup Islami, UMSurabaya Juara Eco Kampus)
Dengan kemampuan akal, manusia bisa berbuat mengelola alam semesta dengan penuh kebebasan. Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan dan tumbuh-tumbuhan, dan dapat menyelediki lautan, daratan dan udara serta dapat merubah wajah bumi yang tandus bisa dirubah menjadi subur dan bukit-bukit terjal bisa menjadi daratan atau lembah yang subur.
Manusia menjadi bagian dari sejarah di dunia ini. Saat sekarang kita hidup di muka bumi dalam keadaan baik. Hal ini pastinya juga merupakan amal shalih (kebaikan) generasi-generasi terdahulu yang sangat memperhatikan kondisi bumi ini. Artinya kita mewarisi bumi dalam keadaan shalih/baik/makmur/lestari, kita juga berkewajiban mewariskan bumi ini dalam keadaan minimal seperti saat ini kepada anak-anak cucu kita berikut. Mari kita jaga bumi ini dengan perbuatan-perbuatan yang tidak merusak kelestarian, kesuburan, dan keberadaannya.
Oleh karena itu, langkah bijak kita adalah kita berusaha membentuk keshalihan hidup dalam kehidupan pribadi dan masyarakat/umat. Menurut Al-Maraghi ketika menafsirkan ayat 105 surat Al-Anbiya’ bahwa keshalihan umat berpijak pada empat hal. Pertama, hadirnya figur pemimpin yang berilmu, para pemikir, dan para politisi yang bijak serta adil.
Mereka tidak melakukan kerusakan, kezaliman, dan nepotisme. Mereka membela kaum tertindas dari perlakuan orang zalim. Mereka bekerja demi kebaikan dan kebahagiaan rakyat/masyarakat. Bekerja siang malam demi meningkatkan kemakmuran, kejayaan dan martabat umat.
Kedua, mempunyai tentara yang dapat menjaga harga diri kaum perempuan. Siap menghadapi kondisi siaga dan genting. Semua itu tidak akan terwujud kecuali jika ada teknisi, pakar, dan professional. Di samping berbagai jenis peralatan dan sistem persenjataan yang memadai.
Ketiga, setiap penggelut bidang dan profesi pedagang, pengrajin, dan petani dapat melaksanakan profesinya dengan baik, berkompetisi dalam kebaikan dan saling tolong menolong. Keempat, adanya kontrol, regulasi, dan distribusi yang mencukupi segala kebutuhan umat sehingga tidak perlu lagi meminta bantuan pihak lain (impor).
Kekhalifahan dan peringatan Hari Bumi berkorelasi positif untuk kemaslahatan alam semesta. Meminjam bahasa dalam literatur fikih dan ushul fikih, maka penilaian kemaslahatan ini menggunakan dua neraca (Hasbi Ash-Shiddieqy, 1993:338). Pertama, bahwa kemaslahatan itu dilakukan dengan dua usaha besar, yakni (1) menolak kemadharatan yang menimpa manusia pada umumnya dan yang menimpa umat Islam pada khususnya; (2) mendatangkan kemanfaatan yang menghasilkan kebijakan umum bagi seluruh manusia pada umumnya dan bagi umat Islam khususnya.
Oleh karena itu, neraca pertama ini diletakkan dalam kaidah pokok: daf’u adh-dharari muqoddamun ‘ala jalbi al-manfa’ati (mencegah/menolak kemadharatan itu harus didahulukan atas mendatangkan manfaat. Kedua, mewujudkan kemaslahatan umum dengan bersandar pada dua sendi akhlak; (1) keadilan; (2) kebenaran (haqq).
Semoga kita mampu mewujudkan kemaslahatan ini. Selamat Hari Bumi yang ke 47 tahun 2017. Hijau bumiku damai hatiku. [*]
*) Maslahul Falah adalah Wakil Sekretaris PCM Laren dan Dosen di STAIM Paciran Lamongan.