Berkah Mubaligh Hijrah yang Hafal 30 Juz bagi Warga Sumenep; Liputan Bahrus Surur-Iyunk di Sumenep.
PWMU.CO – Selama 20 hari di bulan suci Ramadhan 1444 ini jamaah Masjid Darussalam Sumenep mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur’an yang dibacakan oleh seorang siswa Muballigh Hijrah dari Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Namanya Moh. Faiz Fahresyi. Pembawaannya yang tenang menjadikan lantunan bacaannnya enak didengar dan terasa menenangkan jamaah. Cara mengimaminya yang cenderung tidak tergesa-gesa membuat jamaah berkomentar positif.
Padahal, Masjid Darussalam Sumenep ini cenderung “rewel” dan mudah berkomentar. Ada kekurangan sedikit yang dirasa kurang cocok dan terasa kurang berkenan di hati, biasanya ada saja jamaah yang langsung protes ke takmir. Bukan hanya karena bacaannya, melainkan juga kadang dari sisi tuma’minah dan kecepatan dalam gerakan shalat.
Namun, kali ini bacaan dan pembawaan Mas Ustadz Faiz—begitu para jamaah menyapanya—yang muda belia terasa cocok di hati dengan selera jamaah. “Tentu saja, ini menjadi hal yang luar biasa. Bacaannya bagus. Hafalannya juga lancar. Terasa sekali kalau dia memang hafidh 30 juz,” kata Ketua Takmir Masjid Darussalam Sumenep Ustadz Drs H Moh Rais MSi.
Moh. Faiz Fahresyi adalah siswa kelas V atau kelas XI Madrasah Aliyah Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang mendapat tugas sebagai Mubalig Hijrah dari madrasahnya. Awalnya, sebagaimana dituturkan oleh Faiz, ia sebenarnya ditugaskan ke Jepang selama bulan puasa ini.
Tapi karena ada kendala visa, maka bersamaan dengan datangnya surat permohonan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumenep terkait imam shalat Tarawih di Masjid Darussalam, maka ia pun diutus ke Sumenep. “Tentu ini merupakan berkah bagi kami yang ada di Sumenep,” kata Pak Asnari yang selama ini mendampingi kegiatan Faiz.
Sebagai Mubaligh Hijrah, Faiz bukan hanya bertugas sebagai imam di Masjid Darussalam, tetapi ia juga diminta oleh beberapa pimpinan cabang dan ranting. Misalnya, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Parsanga dengan Masjid KHA Dahlan-nya; PRM Karangduak dengan Masjid Mujahidin; dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ambunten.
Kecele
Faiz yang berasal dari Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan ini merasa senang bisa berinteraksi dengan masyarakat Madura. Padahal, kata Faiz, “Awalnya dengar masyarakat Madura kesannya gimana gitu… Eh, setelah bergaul dengan masyarakat Sumenep, ternyata masyarakatnya ramah dan pembawaannya halus dan kalem juga.” Faiz yang dibesarkan dari keluarga Muhammadiyah ini merasa behagia bisa mengabdi di Madura.
Kakek Faiz, Thahir Hasan, pernah menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan. Ibunya adalah seorang apoteker. Ayahnya seorang konsultan dan pengusaha peralatan alat-alat berat. Menariknya, Faiz tidak tertarik dengan dunia kefarmasian atau kedokteran. Saat ditanya, apakah Faiz tidak ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran? Ia hanya menjawab, “Saya kurang tertarik dengan kedokteran. Karenanya, di Madrasah Aliyah saya tidak masuk jurusan MIPA atau IPS, tetapi masuk jurusan MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan).”
Dari sinilah tersimpul cita-citanya. Saat ditanya mengapa tidak meneruskan ke Timur Tengah dengan beasiswa? Faiz rupanya memiliki keinginan untuk bisa meneruskan kuliah ke Universitas Islam Madinah Al-Munawwarah dengan beasiswa penuh. Pada saat itulah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sumenep Drs HM Yasin MHi menyampaikan harapannya.
“Kami berharap kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Madrasah Muallimin Muhammadiyah bisa membantu dan memfasilitasi Faiz FAhresyi yang hafidz 30 Juz ini untuk kuliah dengan beasiswa penuh ke Universitas Islam Madinah atau kampus-kampus terbaik di Timur Tengah,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni