Cerita Nabi ‘Ber-KTP’ Surga di baksos Mushala Al Ihsan Kemiri; Liputan Mahyuddin, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Takmir Mushala Al Ihsan mengadakan Bakti Sosial Berbagi Keberkahan dengan sasaran imam dan marbot masjid, guru TPQ, hingga anak yatim di sekitar Desa Kemiri, Sidoarjo, Ahad (9/4/23).
Pra kegiatan ada tausiah dari Ustadz Khoiri SThi MPdI, dosen Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), sekaligus penulis buku Rumus Kebaikan dan Jalan Kebaikan.
Tausiah Ustadz Khoiri bertema Kesaktian Orang Berpuasa. Ustadz Khoiri menuturkan, menurut Imam Nasai, pernah bertanya ke Rasulullah, wahai Rasulullah, amal kebaikan apa yang bisa membawa kita keluar dari masalah dan saya bisa mencapai harapan-harapan.
“Rasulullah pun menjawab, ‘kalau kamu ingin mendapatkan solusi, cita-citamu tercapai, maka berpuasalah’. Untuk mencari solusi dan mencapai harapan tidak ada yang mengungguli puasa,” jelasnya.
Cerita Nabi Ber-KTP Surga
Awal perintah puasa, lanjut dia, sudah ada sejak nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Nabi Adam dulu ‘ber-KTP’ surga, lalu digoda oleh Iblis untuk mengambil buah khuldi. Lalu diturunkanlah Nabi Adam di bumi. Sifat cahaya surga menyinari tetapi tidak memanaskan, tetapi cahaya di bumi menyinari dan memanaskan.
“Setelah Nabi Adam turun ke Bumi menjadi kulitnya gosong, diperintahlah malaikat oleh Allah untuk menyampaikan ke Nabi Adam, untuk melaksanakan puasa tanggal 13, 14, 15 untuk memutihkan kulit kembali Nabi Adam,” jelasnya.
Lain kisah Nabi Nuh yang terkatung-katung di atas lautan, satu tahun di atas kapal. “Nabi Nuh mempunyai harapan bertemu dengan daratan, lalu diperintahkannya berpuasa, hingga akhirnya bisa bertemu daratan,” ungkapnya.
Nabi selanjutnya adalah Yunus, yang tidak diterima oleh umatnya, lalu dimasukkan ke laut, lalu di makan ikan. “Yang diamalkan Nabi Yunus berpuasa selama tujuh hari, didampingi dengan dzikir ‘lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadhdhalimin’,” paparnya.
Ustadz Khoiri melanjutkan, Nabi Musa puasa 40 hari, karena ingin umat Bani Israil yang disiksa oleh Firaun agar bisa keluar dari Mesir. “Tetapi di Pulau Jawa disalahpahami dengan puasa 40 hari tanpa cahaya,” terangnya.
Nabi Muhammad, lanjut dia, juga pernah mempunyai harapan yang bisa mendapatkan solusi dengan cara berpuasa. “Nabi Muhammad shalat menghadap Baitul Maqdis, tetapi beliau mempunyai keinginan agar kiblatnya dengan orang Yahudi itu sama. Setelah puasa dan berdoa selama tujuh belas bulan baru diberi petunjuk untuk memindah kiblat ke Kakbah,” tuturnya.
Di akhir tausiah, Ustadz Khoiri berpesan jika hidup ini tidak lain kita ingin keluar dari masalah, salah satu jalannya dengan berpuasa. “Kita bisa menggunakan kesaktian kita dengan cara berpuasa,” ucapnya.
Perkuat Filantropi
Sebelumnya, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo Itqon Marsudi memberi sambutan, agar masjid dan mushala Muhammadiyah memperkuat kegiatan filantropi, yakni dilakukan secara berkesinambungan.
Dia kemudian menceritakan kisah khalifah Umar Bin Khatab ketika turun ke masyarakat, menemukan masyarakat yang memasak batu agar anaknya bisa tertidur. Tak berselang lama, Umar Bin Khatab langsung mengambil gandum dan mengirimkannya langsung ke masyarakat yang memasak batu tersebut.
“Mushala dan masjid-masjid Muhammadiyah mempunyai tanggungjawab moral memikirkan warga sekitar yang masih butuh bantuan. Masjid adalah tempat membina orang-orang yang bertakwa,” pesannya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.