Jejak Karya Anies nan Manis; Resensi buku oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku “Terampil Jurnalistik Tampil Simpatik” dan sembilan judul lainnya
PWMU.CO – Jakarta, selalu menarik perhatian. Tentu, karena posisinya sebagai ibukota negara. Siapapun yang menjadi gubernurnya, akan terus disorot. Maka, bagi pemimpin yang berintegritas, menjadi Gubernur Jakarta adalah media pembuktian satunya kata dan perbuatan. Pembuktian, samanya perbuatan dengan kata-katanya saat kampanye dulu.
Anies Baswedan yang lahir pada 1969 dan menjadi Gubernur DKI 2017-2022, memang mempesona. Dari lisannya bertaburan diksi, frasa, kalimat yang tidak saja bernas tapi juga indah dan menggerakkan. Pernyataan Anies, sering berkualitas sebagai mutiara kata. Tapi, lebih dari itu, pikiran dan konsepnya dalam membangun Jakarta dia konkritkan dan menghasilkan banyak karya yang diakui secara luas.
Cakap Berkarya
Buku ini, mengesankan! Di dalamnya, ada 7 bab dan 6 lampiran. Bab I, “Karya untuk Memajukan Kota dan Membahagiakan Warga”. Terbaca, berbagai kebijakan dan strategi yang ditempuh Anies untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kota, untuk memenuhi janji kampanye pada Pilkada 2017 yang mengusung tagline “Maju Kotanya, Bahagia Warganya”.
Anies mengurus seluruh permasalahan warga tanpa bisa pilih-pilih, mulai melayani sebelum kelahiran sampai dengan urusan pemakaman jenazah. Dari urusan kampung kumuh sampai gedung-gedung pencakar langit. Anis ingin rakyatnya, pada akhirnya, bisa mengucapkan “Untung saya hidup di Jakarta” (h.2).
Apa hasil kerja Anis? Bacalah h.2 sampai h.62. Setidaknya, ada 19 buah kinerja Anies yang tergolong fenomenal. Sekadar menyebut sebagiannya, ada “Jakarta Smart City” dan “Smart Governance Melalui SuperApp JAKI”. Juga, “Pembangunan Pedestrian dan Jalur Sepeda di Jakarta”.
Ada juga, “Membangun Literasi Jakarta”. Apa itu? Jakarta ditetapkan oleh UNESCO creative of city network sebagai salah satu dari 42 kota city of literature. Selain itu Jakarta ditunjuk sebagai tuan rumah kongres ke-33 International Publisher Association, 2022 (h.26).
Untuk lebih mendorong peningkatan literasi, Pemprov DKI Jakarta berinovasi menggabungkan konsep taman dengan konsep perpustakaan. Salah satunya adalah Taman Literasi Martha Christina Tiahahu seluas 20.960 M2.
Untuk apa Taman Literasi ini? Agar dapat memberikan ruang serta energi yang menginspirasi anak muda Jakarta untuk membudayakan literasi dalam kesehariannya (h.26). Masih di soal gerakan literasi, di h.28 ditampilkan foto Perpustakaan Jakarta di Taman Ismail Marzuki. Perpustkaan ini direvitalisasi dengan konsep baru untuk mendorong literasi masyarakat (h.28).
Cerdas Berkata-kata
“Selamat malam orang-orang yang tidak memilih saya,” sapa Anies yang segera diikuti riuh tawa sambil standing ovation penonton Stand Up Comedy Majelis Lucu Indonesia, pada 7 April 2018.
Intinya, Anies menanggapi kritik bahkan cacian dari opponent dengan santai. Anies dapat keluar dari jebakan politik para opponent-nya yang menyerang kepada aspek-aspek yang bersifat pribadi. Semua diterimanya tanpa ada upaya melaporkan kepada para penegak hukum.
Dari lisan Anies, sering mengalir kata-kata penuh hikmah. Ini di antaranya: “Sejak dulu dan di mana saja, pemimpin adalah alamat untuk kirim kritik. Jika enggan menjadi tujuan kritik, ya jangan pilih posisi pemimpin”.
Terkait ungkapan di atas, Anies konsekwen. Kata dia, “Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang”. Senada, “Dipuja tidak jumawa, dicerca tidak nestapa” (h.65).
Prestasi, Lagi!
Bab III, berjudul “Kinerja, Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Hasil Jajak Persepsi Publik”. Bahwa, Anies membingkai langkah-langkahnya dalam membangun Jakarta melalui konsep: Gagasan-Narasi-Karya untuk mewujudkan enam visi besarnya yaitu Jakarta yang setara, sejahtera, maju, hidup, lestari, dan bersatu.
“Gagasan”, dalam arti setiap yang dikerjakan Pemprov DKI harus diawali dari dasar ide dan konsep yang jelas, substantif, dan terukur. “Narasi”, yaitu setiap yang dikerjakan Pemprov DKI harus terkomunikasikan dengan baik pada jajaran internal dan eksternal, sedemikian bisa mencerahkan dan menggerakkan. “Karya” adalah setiap yang dikerjakan oleh Pemprov DKI harus terlaksana dengan tuntas, rapi, dan berfungsi dengan baik (h.131).
Mungkin, ada yang ingin lekas melihat hasilnya. Inilah, “Capaian Indikator Makro DKI Jakarta”. 1). Peringkat kemacetan Jakarta, turun. 2).Luasan genangan banjir menyusut, dari tahun ke tahun. 3). Indeks Demokrasi DKI Jakarta, menurut BPS, tertinggi se-Indonesia pada 2021. 4). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta pada 2020 mencapai skor 80,77 atau tertinggi dibandingkan 33 provinsi lainnya di Indonesia. Angka IPM Jakarta setara dengan skor di negara-negara maju. 5). Tingkat kemiskinan di DKI Jakarta sangat rendah yaitu berada pada angka 3,4% pada tahun 2019. Ini, terendah dalam 10 tahun terakhir (h.143).
Taburan “Mutiara”
Bab IV, “Kepemimpinan Anies dan Situasi Krisis”. Anies menerapkan model kepemimpinan yang mampu menginspirasi dan menggerakkan kesukarelaan.
Siapa pemimpin ideal? Kata Anies, yang ideal adalah siapapun yang “Memiliki determinasi, bukan sosok yang ciut nyali menghadapi kontroversi. Inilah elemen kenegarawanan. Para negarawan berpikir soal generasi mendatang. Sementara non-negarawan hanya berkutat soal bagaimana menang di pemilu mendatang” (h.179).
Kata kunci di kepemimpinan yang berhasil itu, menggerakkan! Maka, kata Anies, “Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai”. Masih kata Anies, “Pemimpin itu menumbuhkan relawan, bukan memetik bayaran” (h.180)
Masih tutur Anies, “Pemimpin tak boleh kirim ratapan. Pemimpin harus kirim harapan” (h.183). Juga, “Pemimpin bukan sekadar bisa jadi hero, tapi bisa menciptakan dan menggerakkan hero-hero lainnya ikut turun tangan” (h.183).
Penghargaan Berderet-deret
Bab V, “Kiprah dan Karir Sang Intelektual Organik”. Bagi Anies, siapapun dan terlebih jika berposisi sebagai pemimpin, harus cermat dalam meninggalkan jejak kehidupan. “Saya tidak risau dengan apa yang dikatakan netizen tentang saya, tapi saya risau tentang apa yang akan dikatakan oleh sejarah mengenai saya” (h.207).
Kalimat di atas, jelas hanya akan lahir dari seorang yang punya integritas. Pernyataan itu lahir dari seorang yang peduli kepada terbinanya kebaikan dalam segala aspek di negeri ini. Hal ini lebih Anies pertegas lewat pernyataan berikut: “Republik ini didirikan bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme, tapi untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Republik hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia” (h.207).
Selanjutnya, seperti dirinya, kaum intelektual tak boleh ragu untuk kerkiprah di gelanggang politik. Bagi Anies, kaum terdidik harus siap untuk terlibat dalam upaya melunasi janji kemerdekaan, yang dituliskan dalam pembukaan UUD 45 yaitu melindungi, mencerdaskan, mensejahterakan, dan menjadi bagian dari ketertiban dunia. Janji itulah, kata Anies di berbagai kesempatan, belum dilunasi (h.207).
“Untuk (membangun) strong leadership, hal terpenting adalah bagaimana membentuk pemimpin yang autentik, yaitu tampil apa adanya, berkharisma, siap tidak popular, tapi punya pemikiran kuat. Bukan sekadar pemimpin yang menjaga citra tapi tak melakukan apa-apa,” kata Anies (h. 208).
Anies bukan jenis tokoh yang muncul tiba-tiba. Jejaknya dalam hal olah pribadi dan latihan kepemimpinan, terekam jelas dan panjang. Sekadar menyebut, pada 1985 dia menjadi Ketua OSIS se-Indonesia. Anies, pada 1987, peserta pertukaran pelajar. Dia terpilih sebagai peserta AFS (American Field Service), program pertukaran pelajar siswa Indonesia-AS. Satu tahun Anies tinggal di Amerika.
Pada 1889, TVRI Yogyakarta memilih Anies menjadi salah satu pewawancara tetap di acara bertajuk Tanah Merdeka. Pengalaman ini membuat dia banyak belajar dari kehidupan orang-orang besar yang diwawancarainya.
Pada 1992, Anies Ketua Senat Mahasiswa UGM. Di fase ini, antara lain, pengalaman menyuarakan pendapat lewat demonstrasi sekaligus berdiplomasi didapatnya. Kala itu, 1993, terjadi demo besar mahasiswa menentang apa yang disebut dengan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah). Belasan ribu mahasiswa turun ke jalan memprotes dilegalkannya judi bernama SDSB itu.
Anies sempat ditekan pihak milter. Tapi dengan kekuatan kata-kata dan logika, diplomasi Anies berhasil membalik keadaan. Lalu, merasa kalah argumentasi, sang komandan segera balik badan dan pasukannya berangsur-angsur meninggalkan lokasi demo (h.204).
Anies, pada 1993, mendapat beasiswa ke Jepang. Pada 1997, menerima beasiswa Master di Amerika. Pada 1998, mendapat penghargaan ASEAN Student Award. Pada 1999 mendapat beasiswa program doktor di Amerika. Pada 2004, menerima beasiswa mahasiswa berprestasi di Northern Illionis University. Beasiswa ini diberikan bagi mahasiswanya, yang memiliki prestasi dan integritas dalam pengembangan ilmu politik (h.209-211).
Pada 2008, majalah Foreign Policy memasukkan Anies sebagai salah satu dari “100 Intelektual Dunia”. Di penghargaan ini, dia satu-satunya dari Indonesia dan Asia Tenggara.
Pada 2010, Anies ada di “20 Orang Penting dalam 20 Tahun Mendatang” versi majalah Foresight. Pada 2010, masuk “500 Muslim Berpengaruh Dunia” (pilihan dari salah satu pusat studi di Yordania).
Pada 2014, Anies Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah. Pada 2017-2022, Gubernur DKI Jakarta.
Pada 2018, sebagai Gubernur DKI Jakarta Anies memperoleh empat penghargaan dari KPK, yaitu 1).Pelaporan gratifikasi terbesar yang ditetapkan menjadi hak milik negara tahun 2018. 2).Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik tahun 2018. 3).Penerapan LHKPN Terbaik tahun 2018. 4).Penghargaan terkait aplikasi pelayanan publik (h.213).
Pada 2020, mendapat “Penghargaan dari Berbagai Media Massa Internasional”. Tahun 2020, mendapatkan penghargaan “Top Leader on Digital Implementation 2020” dan dua kategori lain pada TOP Digital Awards 2020 dari Majalah ItWorks.
Pada 2021 masuk di daftar “21 Heroes 2021” oleh Transformative Urban Mobility Initiative karena perannya mentransformasi transportasi publik di Jakarta. Lalu, 2022 Anies mengakhiri jabatan sebagai Gubernur DKI pada 16 Oktober 2022 (h.208-214).
Kepada Pemuda
Anies sangat peduli kepada performa anak muda. Kata Anies, “Secara konstitusional mendidik adalah tugas negara, tapi secara moral mendidik adalah tugas setiap orang terdidik”
Sangat mungkin, pikiran di atas muncul karena Anies tumbuh-kembang di lingkungan pendidik dan pendidikan. Ayah Anies dosen di UII. Masa kecil Anies berinteraksi secara intens dengan aktivitas kampus di tempat orangtuanya mengajar.
“Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak menawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan”. Sungguh, “Buat ibumu bangga, jangan buat ibu malu,” kata Anies (h.225).
“Lokasi lahir bisa di mana saja, tapi lokasi mimpi harus di langit yang paling tinggi. Bermimpilah yang tinggi, tapi jangan hanya berusaha menggapai mimpi tersebut, melainkan berusahalah melampauinya,” dorong Anies. Selanjutnya, “IPK tinggi hanya akan mengantarkan Anda sampai wawancara kerja. Tapi, kepemimpinan Anda-lah yang mengantarkan Anda kepada cerahnya masa depan,” tambah Anies (h.225).
Keluarga dan “Gaya”
Sampailah kita ke bab terakhir, bab VI: “Bibit, Bebet, Bobot Bercerita”. Di depan disebutkan, ayah Anies dosen UII. Di bab ini ditambahkan, kakek Anies yaitu AR Baswedan adalah pejuang kemerdekaan.
AR di nama sang kakek, singkatan dari Abdul Rahman. Beliau lahir di Ampel Gading Surabaya pada 9 September 1908. Terakhir, AR Baswedan tinggal di Yogyakarta. Atas jasa-jasanya, kakek Anies itu ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Anies tokoh yang luwes dalam bergaul. Pergaulannya yang luas, sangat ditunjang oleh penguasaannya pada bahasa. Selain fasih berbahasa Inggris, Anies juga cakap berbahasa Jawa – baik ngoko maupun kromo inggil (h.237).
Buku ini, tak lupa “memotret” rumah Anies yang menarik, di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Rumah itu, model joglo. Di dalamnya, tersimpan lebih dari 5000 judul buku warisan dari AR Baswedan yang bisa dibaca oleh masyarakat sekitar. Buku-buku itu, di antaranya berbahasa Arab, Belanda, Inggris, dan Indonesia. Penataannya, memakai katalog modern.
Rumah joglo Anies yang asri sengaja dibuat tidak berpagar. Konsepnya, menyatu dengan lingkungan sekitar. Sejak 2013, rumah tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan semisal posyandu, pertemuan warga, bahkan pernikahan warga setempat (h.238).
Pengakuan Luas
Penghargaan dan pengakuan kepada Anies seperti terus berdatangan. Saat berkunjung ke beberapa daerah, Anies dinobatkan sebagai tokoh adat. Misal, mendapat gelar kehormatan tokoh Betawi dari Majelis Adat Badan Musyawarah (Bamus) Betawi.
Ada juga gelar dari Lampung. Gelar adat dari Sultan Deli IV. Ada apresiasi dari Wali Nangroe Aceh Darussalam. Ada pengakuan sebagai warga kehormatan etnis Kaili Sulawesi Tengah, dan lain-lain.
Tak kalah menarik, Anies mendapatkan apresiasi dari forum kerajaan dan kesultanan se-Indonesia. Juga, tokoh-tokoh adat Papua Barat memberikan penghargaan kepada Anies karena kiprahnya dalam pemimpin Jakarta (h.242).
Bagian Penting
Buku ini bisa awet peredarannya. Tema, tak terikat waktu karena menyangkut sisi keteladan seorang tokoh masyarakat terutama dalam hal kebijakan publik. Penulis, adalah orang yang tepat karena memiliki latar belakang keilmuan yang sangat relevan, di soal kebijakan publik.
Bacaan ini mengesankan, karena ditulis dengan bahasa yang mengalir. Juga, dengan referensi yang luas dan dilengkapi banyak foto berwarna yang menambah sisi keutamaannya.
Jika ada kesalahan kecil terkait kaidah penulisan, itu sama sekali tak bisa mengurangi bobot buku. Misal, tertulis “dibalik” (h.27), “dibawah” (h.192), “kedepan” (h.208). Mestinya, ketiganya ditulis “di balik”, “di bawah”, dan “ke depan”.
Alhasil, selamat membaca! Jadilah bagian dari barisan orang-orang yang ingin: “Republik (ini) hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia”. Kalimat terakhir tersebut, ucapan Anies Baswedan yang dijadikan tagline di cover depan.
Data Buku
Judul buku : Rekam Jejak Anies di Jakarta
Penulis : Niko Andrianto
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar Jakarta
Terbit : April 2023
Tebal : xxviii + 312 halaman (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post