PWMU.CO– Kisah lelaki Anshar menjadi ahli surga disampaikan Kepala SD Muhammadiyah 1 Dukun Gresik Zakiyatul Faikha SPd dalam pembukaan Pondok Ramadhan 1444 H, Kamis-Sabtu (13-15/4/2023).
Pondok Ramadhan bertema menjadi pribadi terampil, optimis, peduli, semangat diikuti oleh seluruh siswa SD Muhamamdiyah 1 Dukun.
Zakiyatul Faikha menuturkan kisah lelaki Anshar menjadi ahli surga terjadi saat Rasulullah saw duduk bersama para sahabatnya di Masjid Nabawi. Tiba-tiba Rasulullah berkata,”Sebentar lagi akan lewat di hadapan kalian seorang ahli surga.”
Tidak lama setelah itu, lewatlah seorang pria dari kalangan Anshar masuk masjid dengan wajah basah air wudhu. Para sahabat takjub. Hari berikutnya Rasulullah berkata demikian dan yang lewat orang yang sama. Kejadian itu berlangsung tiga hari.
Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash penasaran. Kemudian dia bertamu ke rumah orang Anshar tadi. Dia menyampaikan keinginan menginap tiga hari di rumahnya dengan alasan sedang berselisih dengan ayahnya. Orang Anshar itu tidak keberatan.
Setiap hari Abdullah bin Amr memperhatikan apa saja amal istimewa yang dilakukan orang itu. Ternyata Abdullah bin Amr tidak menjumpai amalan istimewa. Bangunnya waktu jelang sehingga tidak mengerjakan shalat Tahajud di sepertiga malam, juga tidak berdzikir yang lama.
Pada hari ketiga, Abdullah bin Amr berterus terang tentang niatnya menginap. ”Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang berselisih dengan ayahku. Aku sengaja menginap di rumahmu karena mendengar Rasulullah berkata tentang dirimu sebanyak tiga kali bahwa engkau adalah laki-laki penghuni surga.”
”Maka aku pun ingin bersamamu agar bisa melihat bagaimana amalanmu hingga engkau dikatakan sebagai laki-laki penghuni surga. Kalau aku sudah tahu, nanti aku akan menirumu. Tetapi, engkau ternyata tidak terlalu banyak beramal. Amalan apakah yang membuatmu menjadi ahli surga?”
Orang Anshar merasa biasa saja. ”Amalanku seperti yang kamu lihat. Namun aku tidak pernah merasa iri atau dengki kepada orang lain atas kebaikan, kesuksesan, dan kenikmatan yang didapatnya. Aku orang yang pemaaf,” jelasnya.
Mendengar hal itu, Abdullah bin Amr bin Ash tertegun dan berkata, “Itulah amalan yang telah menyampaikanmu pada derajat yang paling tinggi, sungguh berat kami lakukan.”
Penulis Mohammad Hasbi Amirudin Editor Sugeng Purwanto