PWMU.CO– Perang Sudan meletus di ibu kota Khartoum, Sabtu (15/4/2023). Perang melibatkan militer Sudan dengan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) pimpinan Jenderal Muhammad Hamdan Dagalo yang dikenal sebagai Humaidati.
RFS menuturkan serbuan ini dilakukan sebagai balasan atas berbagai serangan militer Sudan terhadap markas RFS di selatan Khartoum baru-baru ini.
Hari Ahad (16/4/2023) ini kondisi masih tegang. Semua warga diminta tetap di rumah untuk menjaga keamanan diri.
Demikian laporan langsung kontributor PWMU.CO di Khartoum, Rif’an Ali Hafidz, yang juga Ketua PCIM Sudan.
Terpantau dari belakang asrama mahasiswa Maududi International University of Africa beberapa pasukan bersenjata berjaga-jaga pada persimpangan jalan sekitaran area itu. Terdengar suara helikopter terbang di sekitaran udara ibu kota.
Perang terjadi di beberapa tempat di antaranya Ibu kota Khartoum, Omdurman, Maroe, Jabroh, dan beberapa daerah 45 markas besar tentara di Sudan.
Bentrok bersenjata mulai Sabtu pagi sekitar pukul 9 waktu Sudan. Namun ketegangan dimulai tiga hari hari lalu masing-masing pasukan sudah menyiapkan tentara dan senjata itu saling serang.
Paramiliter RSF dengan komando Muhammad Hamdan Dagalo berebut pengaruh dengan Angkatan Darat Sudah di bawah komando Abdul Fattah Burhan.
Beberapa peluru dan rudal nyasar di daerah kawasan pemukiman WNI. Pesawat dan helikopter militer terbang di atas kota Khartoum dan melepaskan rudalnya untuk membombardir markas tentara RSF. Dentuman bom dan senjata terdengar hingga saat ini. Asap hitam kebakaran mengepul di antara permukiman.
RSF mengklaim telah menguasai Bandara Khartoum, Maroe, dan al-Abid. Rumah Panglima Angkatan darat Abdul Fattah Burhan dikepung.
Rapid Support Forces (RSF),menyatakan, pasukannya telah mengontrol sepenuhnya Istana Presiden dan Bandara Khartoum dan Merowe, utara negara itu. Terbaru RSF berhasil menguasai Bandara Udara militer Jabal Aulia.
Listrik Mati
Pembangkit listrik nasional Sudan dikabarkan terkena dampak bentrok. Sehingga terjadi pemadaman listrik di beberapa lokasi. Termasuk di daerah Sekretariat PCIM Sudan.
Pada Sabtu malam pukul 23.26 masih terdengar beberapa kali dentuman keras yang berjarak dekat dengan Gedung Dakwah PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) Sudan.
Militer Sudan mengingatkan warga tidak keluar rumah pada malam karena ada penyisiran titik-titik lokasi pasukan tentara paramiliter (RSF) melalui udara.
Terlihat dari kejauhan kobaran api cukup besar di daerah Universitas Internasional Afrika (IUA) Sudan.
Mahasiswi IUA yang di asrama saat ini tengah diungsikan di beberapa lokasi aman di dalam kampus. Sebab asrama mahasiswi bersebelahan dengan markas paramiliter.
Kebutuhan logistik mahasiswi yang diungsikan sudah tertangani oleh PPI Sudan dan Ikatan Mahasiswa Indonesia IUA yang berkoordinasi dengan KBRI Khartoum.
Teman-teman Lazismu Sudan saat ini sedang mengadakan iktikaf internasional kado Ramadhan dalam keadaan aman karena jauh dari lokasi bentrok. Walaupun suara tembakan terdengar.
Peserta iktikaf mendapat bantuan konsumsi dari takmir masjid. Jalan akses ke Gedung Dakwah PCIM Sudan masih ditutup sehingga panitia terhalang menyiapkan makanan iftar dan makan malam.
Beberapa mahasiswi Indonesia yang berada di asrama Kampus KIIFAL Sudan saat ini sudah diungsikan di daerah sekitar Makmuroh atas bantuan pengajar KIIFAL yang tinggal di daerah sana.
Pernyataan KBRI
Musurifun Lajawa, staf KBRI Khartoum Sudan, mengatakan, kita sangat hati-hati dan menahan diri untuk berkomentar terkait urusan dalam negeri suatu negara.
Perang Sudan saat ini dipicu oleh perbedaan pandangan antara pemerintah dan RSF mengenai arah reformasi bidang keamanan, sebagai bagian dari proses politik yang sedang bergulir.
Menurut dia, KBRI saat ini berkoordinasi dengan perwakilan negara-negara lainnya di Sudan sebagai langkah antisipasi jika keadaan terus memburuk.
”Mudah-mudahan segera terjadi de-eskalasi dan keadaan stabil kembali. Yang penting sekarang kita semuanya tingkatkan kewaspadaan dan ekstra hati-hati,” ujarnya.
Anggota PCIM Sudan semuanya dalam keadaan aman. Berlindung di dalam tempat tinggalnya masing-masing. Bertahan dan tidak keluar rumah.
Kader Aisyiyah ikut diungsikan ke tempat aman seperti gedung auditorium kampus, rumah dosen, dan beberapa daerah tempat berkumpul WNI yang tinggal di Khartoum.
RSF merupakan kelompok pasukan paramiliter yang berpengaruh di Sudan. Dibentuk sejak tahun 2013 pada masa Presiden Umar Bashir. Waktu itu sebagai bentuk perlawanan terhadap kekisruhan yang terjadi pada perang Darfur.
Humaidati telah menempatkan dirinya sebagai tameng terdepan dalam penentangan transisi pemerintahan yang direncanakan menuju negara demokrasi.
Terhitung sejak 2019 Sudan berada dalam masa transisi peralihan dari pemerintahan yang dipimpin oleh militer menuju pemerintahan yang dipimpin oleh sipil demokratis.
Editor Sugeng Purwanto