Kepemimpinan Profetik dan Filosofi Kopiah; Liputan Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Materi Kepemimpinan Profetik disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Hilmi Aziz Hamim SAg MPdI pada kegiatan silaturahim penyerahan SK dan serah terima jabatan Badan Pembantu Pimpinan (BPP) Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gresik Periode 2022-2027.
Ia mengawali kajiannya dengan mengutip Ali Imran ayat 102
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَﵞ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.
Ia lantas menjelaskan keutamaan silaturahmi yang di antaranya adalah memanjangkan usia.
“Panjang usia berarti panjang eksistensi kita kalau dalam berorganisasi, awet begitu,” ucapnya.
Kepemimpinan profetik, menurut Hilmi, yaitu kepemimpinan yang disusun atas dasar pandangan agama.
“Kepemimpinan yang meniru model kepemimpinan zaman Rasulullah. Ini tidak baru, sudah lama, kepemimpinan itu ya harus sesuai dengan kepemimpinan Rasulullah,” terangnya.
Kepemimpinan di ‘Aisyiyah diharapkan menjadi penggerak selama lima tahun yang akan datang dengan meniru kepemimpinan Rasulullah SAW.
“Kenapa kita meniru Rasulullah? Karena
“لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ”,
Jadi diharapkan kepemimpinan yang mengedepankan akhlakul karimah. Paradigmanya berubah dari jahiliah kepada islamiah,” terangnya.
Hal itu menurutnya karena diutusnya Rasulullah dengan misi penyempurnaan akhlak manusia.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ.
‘Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.’
“Kepemimpinan yang santun. Pernah Rasulullah ditanya, apa agama itu? agama itu adalah husnul khuluq, artinya Islam itu tidak akan menjadi sempurna apabila umat Islam tidak menerapkan akhlakul karimah,” terangnya.
Hilmi menegaskan semua syariat muaranya adalah untuk perbaikan akhlak manusia.
Adapun sifat kepemimpinan Rasulullah SAW, lanjut Hilmi, ada empat, yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathanah.
Ia menekankan ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam harus memahami bahwa ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah adalah gerakan.
“Hidup itu memang harus bergerak. Kalau Jnengan tidak bergerak mboten sehat. Al-hayaatu al-harakah. Wal harakatu al-barakah. Hidup itu bergerak, dan bergerak itu membawa berkah. Barakah itu mboten sami kalih berkat,” selorohnya, diikuti tawa para peserta.
Hilmi menegaskan barakah merupakan bertambahnya ketaatan. Ia lantas menjelaskan gerakan ‘Aisyiyah yang bergerak dengan niat amal shalih akan mendapatkan jaminan kehidupan yang baik dari Allah SWT. Ia menukil an-Nahl ayat 97.
ﵟمَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَﵞ
“Kalau Jenengan sudah bersedia menjadi pimpinan ‘Aisyah maka komitmen Jenengan akan diuji. Siapa pun yang mau menghidupkan organisasi ini, berdasarkan komitmennya maka kehidupannya akan dijamin oleh Allah, dibahagiakan oleh Allah SWT,” terangnya.
Terakhir, Hilmi berpesan bahwa pimpinan ibarat ketu (kopyah/peci) yang letaknya di atas kepala, yang harus dipakai dengan gaya yang sesuai.
“Filosofinya kopiah, bahwa pimpinan itu harus menyesuaikan, gimana caranya supaya pantes. Jenengan kalau ketemu ibu-ibu muslimat, fatayat, tolong dijaga kehormatan ‘Aisyiyah,” tuturnya.
Kedua, yang harus menyesuaikan adalah kopiahnya bukan kepalanya. Artinya di dalam menggerakkan harus sesuai aturan-aturan.
“Dua hal itu, menjaga kehormatan organisasi dan menyesuaikan aturan yang ada di organisasi insyaAllah akan menjadikan lebih baik,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni