Merenungi Keadilan saat Gerhana Matahari Oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku Berdekat-dekat kepada Yang Mahadekat dan sembilan judul lainnya
PWMU.CO – Sampai Hari Akhir nanti, Allah akan terus menurunkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Itu, termasuk ayat yang tak tertulis. Misal, di antara ayat tak tertulis yang dimaksud adalah terjadinya gerhana matahari pada Kamis 20 April 2023 yang melintasi wilayah Indonesia.
Allahu Akbar! Gerhana matahari harus kita baca dengan sebaik-baiknya. Bacalah dengan semangat ayat ini: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (al’Alaq 1).
Bacalar pula gerhana matahari itu dengan semangat ayat ini: “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan” (al-Hasyr 2).
Memang, ayat Allah yang tertulis telah lama selesai dan lengkap. Hal itu, ditandai dengan turunnya ayat terakhir ini: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (al-Maaidah 3).
Hanya saja, ayat-ayat Allah yang tak tertulis masih akan terus menyapa kita sampai kiamat. Perhatikanlah, antara lain ayat ini: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Yaa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (Ali-‘Imran 190-191).
Surat Cinta
Di hadapan kita, antara lain ada ayat (baca: tanda kebesaran Allah) yang berupa gerhana. “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana matahari atau gerhana bulan maka segeralah mengingat Allah, bertakbir, shalat dan bersedekah!” (HR Bukhari)
Di saat terjadi gerhana, apa saja amaliyah sunnah yang bisa kita kerjakan? Silakan, lakukanlah hal-hal ini: Pertama, mengingat Allah (caranya dengan memperbanyak dzikir terutama dengan bacaan takbir, menunaikan shalat sunnah gerhana, dan berdoa. Kedua, bersedekah.
Pada saat gerhana, kita dianjurkan banyak berdzikir. Banyak bertakbirlah! Saat membaca takbir tak perlu keras-keras, cukup sekadar didengar diri sendiri.
Ingatlah Allah, besarkan Allah. Selalu ingatlah Allah dan besarkan Allah di kehidupan selanjutnya. Ingatlah filosofi takbir yang menandai pergantian posisi di dalam shalat. Di titik ini, ada pemahaman, bahwa di setiap pergantian agenda di keseharian hidup kita hendaknya selalu dengan semangat “takbir” yaitu senantiasa membesar-besarkan Allah dan-sebaliknya-menihilkan yang selain itu.
Tata Cara Shalat Gerhana
Tunaikan shalat gerhana yang hukumnya sunnah muakkad, ibadah yang sangat dianjurkan. Lakukan shalat gerhana secara berjamaah, tanpa adzan dan ikamah.
Bagaimana caranya? Berikut ini pedoman yang bisa dipakai (baca: Tata Cara Shalat Gerhana Bulan dan Matahari).
Shalat gerhana dilaksanakan dalam dua rakaat. Pada setiap rakaat melakukan rukuk, qiyam(berdiri), dan sujud dua kali. Shalat gerhana boleh dilakukan di tanah lapang ataupun di masjid. Urutan tata cara shalat gerhana sebagai berikut:
- Imam menyerukan ash-shalatu jami‘ah.
- Takbiratul ihram.
- Membaca doa iftitah.
- Membaca taawudz, basmalah, lalu membaca Surat al-Fatihah. Disusul membaca Surah yang panjang dengan jahar.
- Rukuk, dengan membaca tasbih yang lama.
- Bangkit dari rukuk dengan imam membaca sami‘allahu li man hamidah dan makmum mengiringinya dengan membaca rabbana wa lakal- hamd.
- Berdiri tegak, lalu membaca Surah al-Fatihah dan disusul Surah panjang tetapi lebih pendek dari Surah yang dibaca pertama.
- Rukuk, sambil membaca tasbih yang lama tetapi lebih singkat dari yang pertama.
- Bangkit dari rukuk dengan imam membaca sami‘allahu li man hamidah dan makmum mengiringinya dengan membaca rabbana wa lakal-hamd.
- Sujud.
- Duduk di antara dua sujud.
- Sujud.
- Bangkit dari sujud, berdiri tegak dan mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama tanpa membaca doa iftitah.
- Salam.
- Setelah shalat, imam / khotib berdiri menyampaikan khutbah yang berisi nasihat serta peringatan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah serta mengajak memperbanyak istighfar, sedekah dan berbagai amal kebajikan.
Anjuran Sunnah
Pada saat gerhana, kita dianjurkan banyak berdoa. Para Sahabat Nabi Saw berdzikir dan berdoa hingga gerhana selesai.
Pada waktu gerhana, kita dianjurkan banyak bersedekah. Kita keluarkan sebagian harta. Bersedekah, amaliah yang termasuk ciri-ciri orang bertakwa. Perhatikan ayat ini: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (al-Baqarah 177).
Bisa pula kita bersedekah dalam artian luas kepada siapa saja, terutama yang membutuhkan. Seperti apa bersedekah dalam artian luas? Hadits berikut, bisa menjadi pedoman. Bahwa, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Menangkap Pesan
Ingatlah Allah, yang sesekali mengirim “Pesan Takut” lewat berbagai fenomena alam. “Pesan Takut” itu termasuk dengan fenomena gerhana. Perhatikan al-Isra’ 59 ini: “Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti”
Keterangan: Allah menetapkan bahwa orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti yang diberikan kepada Rasul-Rasul-Nya yang dahulu, akan dimusnahkan. Orang-orang Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad Saw supaya diturunkan pula kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Allah itu tetapi Allah tidak akan menurunkannya kepada mereka, karena kalau tanda-tanda kekuasaan Allah itu diturunkan juga pasti mereka akan mendustakannya. Lalu, tentulah mereka akan dibinasakan pula seperti umat-umat yang dahulu. Sementara, Allah tidak hendak membinasakan kaum Quraisy.
Semua ayat, tertulis dan tak tertulis, bertujuan akhir agar kita semakin bertakwa. Maka, selalu bertakwalah di mana pun kita berada. Taati Allah, jangan sekali-kali berbuat tak adil. Selalu ingatlah ayat ini: “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (al-Maidah 8). Terakhir, mari menunduk: Apa kabar dengan penegakan hukum di sekitar kita? Astaghfirullah! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni