PWMU.CO – Berawal dari Group WhatsApps ‘Ipmawati Bergerak’, para Kartini masa kini itu saling berdiskusi menginspirasi. Mereka membahas topik aktual tentang emansiapasi wanita di Hari Hartini, Jum’at (21/4).
“Kartini masa kini adalah kartini yang memperjuangkan kodrat kewanitaannya, bukan untuk meminta hak yang sama dengan laki–laki. Karena sejatinya hak dan kewajiban laki-laki dan wanita itu berbeda. Kartini masa kini adalah wanita tangguh, cerdas, namun beradab yaitu memuliakan diri sendiri dan wanita lain” ungkap Isrotul Sukma, founder Group WhatsApp Ipmawati Bergerak.
(Baca: Ini Salah Satu Perbandingan Kartini dan Siti Walidah)
Perempuan kelahiran Bangkalan ini kurang setuju dengan emansipasi wanita seperti yang disalah-artikan banyak orang, yaitu kesetaraan gender, bahwa semua wanita-pria itu haknya sama. “Tetapi, wanita tidak mau ketika kewajibannya disamakan dengan laki-laki. Misalnya, dalam hal mencari nafkah, wanita itu tidak mau ketika dituntut mencari nafkah sebagaimana laki-laki,” ungkap dia.
Dalam Islam, kata Iis—panggilan Isrotul Sukma—mencari nafkah itu kewajiban suami. Tapi sekarang itu wanita bekerja sampai anaknya terlantar. Alasannya emansipasi wanita. “Jujur saja saya kurang setuju, karena Kartini itu dulu memperjuangkan hak dalam pendidikan, bukan bekerja dan lainnya. Bagi kita yang muslimah, emansipasi wanita itu dibatasi,” ungkap Iis.
(Baca juga: Kartini Jadikan Al-Qur’an sebagai Inspirasi Pembaharuan)
Anggota KDI Pimpinan Wilayah IPM Jatim ini juga menjelaskan bahwa dalam Alquran pun sudah jelas dinyatakan dalam surat Annisa’ ayat 32, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) bagian dari apa yang mereka usahaka, dan mohonlah kepada Allah Maha Mengetahui segala sesuatu’.
Iis juga mengemukan alasannya dengan dasar ayat 34, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki – laki) atas sebagian yang lain (perempuan),dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan – perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz-nya, hendaklah kamu beri nasehat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan kalau perlu pukullah mereka. Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari – cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.”
(Baca juga: Siti Walidah, Lebih dari Seorang Kartini dan Ketika Kartini Bertasbih)
Sementara itu Yuanita Ade Kurniawati dari Pimpinan Daerah IPM Bojonegoro mengatakan, “Kartini masa kini, ya kita ini, para perempuan-perempuan handal dengan intelektual, calon istri dan ibu yang bisa menjadi panutan bagi anak-anaknya.”
Yuanita juga mengajak para perempuan mewajibkan diri dalam hal menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. “Itu yang membuat diri kita menjadi haus akan ilmu. Karena, kita sekarang sebagai generasi wanita penerus wanita dari zaman kartini,” tutur dia.
Menurtunya, wanita memang diciptakan sebagai makhluk rapuh, tetapi sangat tangguh. “Bersyukurlah dilahirkan menjadi wanita, karena kita shalihah, Allah perintahkan seluruh pria untuk memuliakannya. Jangan berhenti belajar, teruslah mencintai, memaafkan, dan memperbaiki diri,” katanya. (Ayunda)