Khutbah di Unmuh Jember: Tiga Pesan di Balik Peristiwa Gerhana Matahari; Liputan Kontributor PWMU.CO Jember Wulidatul Aminah.
PWMU.CO – Masjid Al-Qolam Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember mengadakan shalat Gerhana Matahari Kamis (20/4/23) pukul pukul 10.30 WIB.
Khutbah Shalat Gerhana Matahari disampaikan Dr H Safruddin Edi Wibowo Lc MAg., tepat dilaksanakan
Safruddin menyampaikan ada tiga pesan yang tersirat pada peristiwa Gerhana Matahari. Pertama, mitos bahwa manusia punya kecenderungan menafsirkan kejadian di balik peristiwa tersebut
“Kalau di Jawa, Gerhana Matahari dikaitkan dengan seorang raksasa bernama Batara Kala yang menelan matahari, kemudian agar raksasa tersebut melepas matahari itu, masyarakat membunyi-bunyikan sesuatu dengan nyaring, seperti kentongan,” ujarnya.
Dia mengatakan jika mitos di sini muncul karena pada zaman tersebut belum mengenal sains dan teknologi. “Jadi apa saja yang terjadi, seperti Gerhana Matahari, dikait-kaitkan dengan mitos yang beredar”.
Mungkin pada zaman tersebut dibenarkan, lanjutnya, namun, pada zaman teknologi yang canggih seperti saat ini, semua adalah mitos.
Dosen Unmuh Jember ini menceritakan, zaman Rasulullah, peristiwa gerhana dikaitkan dengan meninggalnya putra Rasul yakni Ibrahim, satu-satunya anak laki-lakinya beliau.
“Mendengar hal tersebut Rasul kemudian meluruskannya, bahwa matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah dan tidak ada hubungan dengan hidup dan mati seseorang,” ujarnya.
Dia kemudian menambahkan pesan Rasul, jika kita melihat gerhana matahari maupun gerhana bulan, maka dirikanlah shalat.
“Jadi bukan malah mengaitkan peristiwa tersebut dengan apa yang terjadi di kehidupan manusia, tapi Rasul berpesan agar kita mendirikan shalat,” ungkapnya.
Tafakkur, Ta’akkul, dan Tadabur
Ayah tiga anak ini menyampaikan pesan kedua, dengan mengetahui fenomena seperti gerhana matahari ini hendaknya kita menggunakan tafakkur, ta’akkul, dan tadabur.
“Jadi tidak semata-mata semua adalah mitos, tapi kita gunakan fikiran kita (tafakur), kemudian gunakan akal kita (ta’akkul) dan memaknai sesuatu secara mendalam (tadabur),” ujarnya.
Wakil ketua PDM Jember ini menyampaikan sekelompok umat Islam masih ada sebagian yang anti sains, “Yang mana, mereka bersikukuh tidak perlu melakukan sholat gerhana, jika tidak melihat sendiri gerhana tersebut”.
Ada lagi, sambungnya, kelompok anti sains tersebut bersikukuh, jika cuaca mendung, maka kita juga tidak perlu melakukan shalat.
“Dan pesan ketiga, Rasul mengaitkan peristiwa gerhana ini dengan hari kiamat. Hari Kiamat atau Peristiwa Gerhana, merupakan bukti bahwa tidak ada yang bisa menghalangi Allah untuk memusnahkan alam ini,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, Rasul menyarankan kepada umatnya untuk melakukan amalan-amalan shalih.
“Beberapa amalan tersebut seperti memperbanyak doa pengampunan kepada Allah SWT, bertakbir, mendirikan shalat, bersedekah, kemudian meminta perlindungan dari siksa kubur dan menjauhi perbuatan maksiat,” ujarnya.
Itu tadi tiga pesan di balik peristiwa Gerhana Matahari. “Semoga kita bisa memaknai peristiwa tersebut sesuai tuntunan Rasulullah SAW, dengan melaksanakan amalan-amalan sholeh,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni