Refleksi Idul Fitri Ketua PWM Jatim: Pribadi Tangguh di Tengah Teror Informasi, Penulis Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Warga Muhammadiyah berhari raya Idul Fitri, Jumat 21 April 2023. Sementara warga lainnya yang mengikuti keputusan pemerintah merayakan Idul Fitri Sabtu 22 April 2023.
Meskipun berbeda hari, tapi esensi Idul Fitri tak boleh dilupakan. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Dr dr Sukadiono MM, pada PWMU.CO, Kamis (20/4/2021).
Dalam konteks Jawa, kata dr Suko, sapaan akrabnya, Idul Fitri dikenal dengan sebutan Lebaran. Lebar artinya rampung, usai; yaitu berhasil menyelesaikan perintah puasa.
Idul Fitri juga dapat diartikan kembali ke fitrah manusia atau kembali pada ajaran yang benar. Maka setelah umat Islam melalui hiruk-pikuk aktivitas ibadah puasa selama satu bulan—dengan melakukan hal-hal baik, rutin beribadah, dan beramal—seharusnya bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
“Yakni pribadi yang menjauhi sikap arogan, terburu-buru, riya, dan reaktif. Karena sejatinya puasa adalah ruang latihan untuk menjauhi sikap-sikap tersebut. Idul Fitri adalah momen refleksi diri untuk memperbaiki kualitas diri, etos kerja, dan mengontrol emosi,” terangnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu menegaskan, di era digital seperti sekarang ini kita kerap kebanjiran informasi.
“Informasi masuk ke gadget kita bagaikan teror. Maka, momentum Ramadhan tahun ini harus mampu membentuk pribadi yang sabar, selektif atas informasi, tidak mudah flexing,dan reaktif atas situasi sosial,” tuturnya.
Ramadhan, kata dia, harus mampu menjadikan diri kita sebagai pribadi yang kuat dan tangguh di era banjir informasi seperti sekarang ini.
“Kita boleh saja membeli pakaian-pakaian baru, tetapi perilaku, pikiran dan hati kita juga harusnya baru. Baru dalam arti penuh praktik kebajikan-kebajikan baru yang sebelumnya belum kita lakukan,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni